Senin, 07 November 2011

Mengangkat Ibu Berarti Mengangkat Diri Kita Sendiri



 
            Keberadaan kita didunia ini adalah karena belaian kasih sayang ibu kita untuk memproses, melahiran dan merawat kita sejak proses didalam kandungan sampai proses pendewasaan.Tahapan demi tahapan dalam proses kehidupan kita tidak terlepas dari peranan seorang ibu. Proses pertama yang dilalui oleh seorang ibu adalah memproses kita menjadi sebuah janin. Janin itu berkembang melalui proses pemberian nutrisi lewat ibu. Setelah sembilan bulan waktunya kita untuk dikeluarkan lewat rahim seorang ibu. Dalam proses pelahiran itu adalah proses yang sangat mengadu nasib antara hidup dan mati. Segala kekuatan ibu dikeluarkan untuk mengeluarkan kita dari alam kandungan ke alam dunia. Sesampainya kita ke alam dunia kita tidak terus dilepaskan begitu saja. Perawatan kita pun sangatlah rumit dari menyusui, merawat, melindungi, dan segala hal yang penuh kasih sayang. Waktu berganti waktu kita akhirnya tumbuh besar dan dewasa. Menikmati indahnya sekolah dengan biaya orang tua, menikmati pergaulan dengan sesama teman – teman dilingkungan kita dengan bimbingan orang tua, menikmati indahnya kehidupan dengan segala fasilitas yang ada juga dengan jerih payah keringat orang tua dan segala hal yang kita nikmati selama hidup ini tidak akan terlepas dari kasih sayang orang tua. Kalau kita mencoba menghitung berapa rupiah yang telah dikeluarkan oleh orang tua dalam proses awal sebelum dan sesudah kehidupan kita didunia sampai dengan saat ini? Jawabannya adalah seberapa digit kalkulator kita saat ini tidak akan mampu mengukur biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tua kepada kita. Bagaimana kita akan mengganti biaya itu? Sampai kapanpun kita hidup didunia ini tidak akan dapat mengganti biaya yang dikeluarkan oleh orang tua untuk membiaya kita. Jadi kita sebagai anak mempunyai utang budi kepada orang tua kita. Oleh karena itu bertepatan dengan hari ibu yang jatuh tanggal 22 Desember, mari kita jadikan refleksi untuk melihat dan mengamati secara mendalam mengenai perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan orang tua kita terutama ibu kita. Lalu mari kita memikirkan bagaimana cara yang terbaik untuk mencicil apa saja yang sudah dikeluarkan oleh ibu untuk menjadikan kita seperti sekarang ini. Walaupun kita selama hidup didunia ini tidak mungkin bisa untuk melunasi utang budi kita kepada ibu setidaknya kita sebagai anak bisa membuat ibu kita tersenyum. Salah satu caranya adalah mengangkat ibu kita dengan segala kasih sayang kita. Mengangkat bukan dalam artian menggendong atau memanggul tetapi bagaimana kita menempatkan ibu kita lebih mulia kedudukannya disegala aspek kehidupan dengan segala kasih sayang kita. Dengan mengangkat ibu kita berarti surga untuk kita sudah akan terbuka dan kita pun akan menjadi jiwa yang besar. Segala hal yang akan kita capai tidak akan terwujud kecuali dengan doa seorang ibu. Ridho Allah tergantung dengan doa ibu. Mustahil kita akan sukses, bahagia, damai  didunia dan akhirat kecuali dengan sebuah doa yang terucap dari bibir seorang ibu. Maka mari kita angkat ibu kita pada posisi yang mulia untuk mencicil utang budi kita dan untuk mendapatka kesuksesan didunia dan akhirat. Menjadi anak yang tidak mau mengakui dan membahagiakan ibu kandungnya sendiri akan membawa kesengsaraan yang tidak pernah berujung didunia dan akhirat. Oleh karena itu, mari kita segera membuka hati kita supaya kita sadar tentang apa yang telah diperjuangkan dan dikorbankan oleh ibu kita selama ini sehingga kita akan segera melakukan sesuatu yang paling baik untuk mencoba membahagiakan orang tua kita. Jangan sampai penyesalan terjadi didalam diri kita karena kita tidak melakukan yang paling baik untuk orang tua kita selagi masih hidup didunia ini.                    

Suksesku Berawal dari Ikan Kecil




            Peribahasa “ Ikan besar dikolam yang kecil atau ikan kecil dikolam yang besar “ Kalau anda pilih yang mana?Untuk pertanyaan seperti ini, pasti setiap orang memiliki pandangan bermacam – macam. Menurut pengalaman saya pribadi membuktikan bahwa kesuksesan saya sampai saat ini bermula dari seekor ikan kecil dikolam yang besar. Saya adalah orang biasa yang tidak memiliki kecerdasan tinggi. Sejak memasuki sekolah dasar, saya termasuk orang yang bodoh. Teman – teman saya banyak yang pintar. Sehingga saya harus mengatrol kecerdasan saya dengan mengikuti les privat di rumah. Setelah kelulusan sekolah dasar diumumkan NEM saya pas – pasan untuk masuk di SLTP unggulan didaerah saya tetapi saya nekat untuk melanjutkan sekolah di SLTP unggulan itu. Akhirnya keputusan penerimaan tiba, saya dinyatakan diterima walaupun diranking terbawah. Kegiatan belajar mengajarpun dimulai di SLTP unggulan yang saya masuki. Ternyata benar saya tidak bisa mengikuti KBM disitu karena waktu kenaikkan kelas saya ranking tiga dari bawah. Sehingga dikelas – kelas selanjutnya saya harus mencari strategi untuk mendongkrak kecerdasan saya dengan mengikuti les privat dirumah yang melibatkan teman terpandai dikelas saya dan dibimbing oleh guru profesional. Hasilnya saya lebih bisa mengikuti pelajaran walaupun tidak secara drastis mendapatkan nilai yang baik. Waktu semakin berjalan, akhirnya keputusan kelulusanpun tiba. Saya nyaris tidak lolos disalah satu mata pelajaran tetapi nilai mata pelajaran yang lain cukup bagus. Lalu keputusan mencari sekolahan di SMA juga saya harus dipilih. Saya tetap memilih akan bersekolah di SMA nomor satu didaerah saya. Walaupun dengan perasaan cemas menunggu pengumuman penerimaan karena NEM saya hanya standar. Keluarga semua dikerahkan untuk menunggui pengumuman di SMA favorit itu supaya jika tidak diterima bisa langsung lari ke SMA yang lain. Tetapi nasib berpihak kepada saya walaupun penuh perasaan deg – degan karena ada diposisi tidak aman, saya akhirnya diterima juga di SMA nomor satu didaerah saya. Dengan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya sehingga saya dapat diterima diSMA favorit, mengharuskan saya mencari strategi yang lebih unggul supaya saya menjadi hebat ditengah – tengah orang hebat. Akhirnya saya menemukan strategi unggulan yaitu saya mendekati teman – teman yang pandai dan juga mengharuskan saya untuk giat dan tekun belajar supaya harapan saya tercapai. Alhamdulillah mulai kelas satu saya selalu mendapat ranking sepuluh besar. Membaik dan terus membaik, puncaknya pada kelas tiga saya mampu menduduki juara tiga besar. Dan akhirnya dengan nilai yang tinggi dari kelas satu sampai kelas tiga berartinya jalan tol untuk melanjutkan kuliah di universitas unggulan sudah saya tempuh. Memang betul hanya dengan mem-fotokopi nilai rapor dari kelas satu sampai kelas tiga, saya akhirnya diterima di lima perguruan tinggi unggulan di Yogyakarta tanpa tes. Dari paparan pengalaman saya dapat ditarik kesimpulan bahwa menjadi ikan kecil dikolam yang besar  dapat mengantar kita untuk mencapai kesuksesan jika kita dapat menemukan strategi yang unggul untuk menaklukkan kolam yang besar. Langkah awalnya kenalilah lingkungan yang ada disekitar kita dengan cermat dahulu sehingga dapat menemukan strategi unggulan untuk menjadi besar. Memang tidak hanya sekejap mata untuk menjadi besar di kolam yang besar. Proses itu membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi kepuasan yang akan kita nikmati akan lebih besar dan lebih lama. Proses untuk menjadi besar membutuhkan ketekunan dan pantang menyerah karena selain orang disekitar kita mempunyai kehebatan, risiko yang akan menghadang juga besar. Tetapi kalau kita bisa menemukan strategi unggulan dan bisa mengatasi risiko yang menghadang maka kita akan sukses dengan perasaan sangat puas karena proses yang berkesinambungan itu diisi dengan suplemen atau makanan untuk menjadi besar yang memang  berkualitas tinggi.