Rabu, 07 November 2012

AKU BAGAIKAN SIPUT NABI NUH Artikel Motivasi Riwayat Revisian 2


AKU BAGAIKAN SIPUT NABI NUH
Artikel Motivasi Riwayat Revisian 2
Snapshot_20120622_26
Risma Wira Bharata, S.E. (MiMo)
Jeruksari, Wonosari, Gunungkidul
Yogyakarta
Email:
Blog:
rismawira.blogspot.com
            Aku kok bisa seperti ini? Aku kok bisa lulus kuliah S1 Akuntansi UNY ya? Aku kok bisa melanjutkan S2 Akuntansi di UGM ya? Aku kok bisa menulis artikel ini dan 20-an artikel yang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu juga sering ditanyakan orang lain. Kok bisa ya? Padahal orangnya seperti itu: Nulisnya lambat, Buyuten, Gregeli, dan Huyak-Huyuk. Kok ya? Saya aja heran, apalagi anda? Hanya Kuasa-Nya-lah yang Maha Dhasyat yang mengatur kehidupan ini dan makhluk didalamnya sehingga membuatku seperti ini. Jika saya yang diciptakan oleh Allah dengan mempunyai keterbatasan, maka saya yakin anda lebih bisa daripada saya. Sahabat saya yang bernama Wulan berkata kepada saya bahwa ada sebuah kisah siput Nabi Nuh yang berjalan dengan sangat lambat tetapi dia tidak pernah menyerah dan putus asa sehingga pada akhirnya sampai ke bahtera dengan selamat. Dia memotivasi saya supaya tetap bersemangat didalam meraih cita-cita saya karena semua manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang sudah dianugerahkan. Selain Wulan, sahabat saya yang bernama Sigit berkata bahwa setiap kekurangan seseorang pasti ada kelebihan yang diluar nalar manusia karena kekuatan Tuhan yang mengatur ini. Jadi kita harus tetap menjalani kehidupan ini dengan kebaikan karena umur paling lama hanya 1 abad.  
Pada waktu mengurus pembuatan e-KTP di kantor kecamatan Wonosari,saya bertemu dengan guru bahasa Indonesia saya semasa SMP, bu Anis namanya. Beliau masih teringat dengan wajah dan stale khas saya. Pertanyaan pertama yang terucap dari bibir beliau adalah “mas, bagaimana kabarnya dan sekarang lanjut dimana?” Saya menjawab seperti jawaban pada umumnya yaitu “Alhamdulillah kabar baik, bu dan saya melanjutkan di Akuntansi UNY”. Lalu beliau bertanya lagi: “Kuliahnya semester berapa, mas?” Saya menjawab: “Alhamdulillah berkat doa restu ibu, saya sudah lulus”. Beliau terbengong, lalu beliau mengucapkan: “Alhamdulillah mas, kamu bisa lulus 4 tahun, padahal belum tentu teman-temanmu sudah lulus juga”. Saya terus bercerita kepada beliau: “Saya juga tak menyangka bu bahwa Allah begitu sayang kepada saya. Padahal jika dilihat dari keterbatasan saya kemungkinan besar saya tidak dapat kuliah karena didalam perkuliahan itu mesti kita harus menulis dengan cepat, apalagi jika ujian semesteran, kita disuruh menulis jawaban ujian didalam kertas folio bolak-balik atau 4 halaman dalam waktu 1,5 jam. Memang jika saya membayangkan pada waktu saya SMP, ibu pasti mengetahuinya bahwasannya saya sangat lambat dalam menulis. Tetapi bu, kadang saya bisa menyelesaikan ujian semesteran lebih cepat daripada teman-teman saya yang lain, padahal sewaktu proses perkuliahan saya juga jarang mencatat catatan yang diberikan oleh dosen karena ya selalu ketinggalan jika mau mulai mencatat catatan. Hal itu saya siasati dengan meminjam catatan teman dan memperbanyak referensi buku pelajaran. Saya menyadari bahwa diri saya kalau dibilang pintar juga tidak, cerdas apalagi, jenius soyomeneh. Kata orang-orang, saya itu hanya tekun dan rajin. Memang kayaknya seperti itu, saya senang dengan membaca. Apalagi kalau mau ujian, seminggu sebelum ujian saya sudah harus khatam dalam membaca. Padahal kadang masuk ke otak, kadang juga tidak”. Beliau lalu bilang kepada anaknya yang masih berumur 7 tahun: “Dik, ini mas-nya walaupun sakit tapi sudah lulus sarjana dalam waktu 4 tahun dan nilainya bagus-bagus, kamu harus bisa seperti mas Risma ini ya”. Lalu anaknya bertanya kepada ibunya: “lha sakit apa mas-nya, bu?”. Ibunya hanya diam, mungkin beliau tidak enak kepada saya. Istilah sakit juga sering disebutkan kondektur bus. Pada waktu saya mau turun bus, kondektur bus sering teriak: “Awas-awas orang sakit, pelan-pelan aja”. Padahal dibus juga banyak penumpang dan mereka terus melihat kearah saya. Itu saja tidak dalam artian kasar tapi ya dalam hati saya malu, masih muda kok sudah huyak-huyuk (kurang seimbang), bagaimana kalau sudah tua dan apa yang nantinya yang bisa saya lakukan? Wallahu Alam, hanya Allah-lah yang mengetahuinya karena Allah yang memilikiku. Semoga saya dapat semakin sehat dan kuat (Amin Ya Robbal Alamin), dan wajib saya bersyukur kepada Allah. Saya membaca Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari-Muslim yaitu “Seorang Muslim yang ditimpa satu penyakit (kesulitan atau kemelaratan), termasuk ditusuk duri (paku) atau lebih dari itu, maka Allah SWT akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya (dosanya), seperti bergugurannya daun dari pohonnya. Selain itu, Drs. KH. Haris Masduqi pernah bercerita kepada saya bahwa ada Hadits Rasulullah SAW yang meriwayatkan seorang muslim yang buta mendatangi Rasulullah dan dia minta untuk didoakan oleh Rasulullah agar dia tidak buta. Lalu Rasulullah berkata: “sebenarnya kamu buta karena kehendak Allah yang menciptakanmu dan jika kamu bisa bersabar dengan keadaanmu maka Allah sudah mempersiapkan pahala untukmu yang tidak lain hanyalah surga yang penuh kenikmatan”. Memang sabar itu sangat berat, tetapi sabar merupakan ujian untuk kehidupan ini. Dalam QS. Al Anbiya’ ayat 35 menerangkan bahwa : “Tiap – tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. Dari ayat diatas saya meringkas bahwa orang hidup itu akan selalu diuji terus menerus oleh Allah dalam dua bentuk yaitu penderitaan dan kesenangan. Ujian dalam bentuk penderitaan yang mengharuskan kita untuk bersabar dan ujian dalam bentuk kesenangan yang mengharuskan kita untuk tidak sombong. Dua ujian itu ternyata ditunjukkan oleh Allah secara jelas dalam kisah saya dibawah ini.          
Ada teman saya SD yang bicaranya sangat kasar. Dia bilang: “Hey...anak cacat, kamu tuh tidak pantas sekolah di sekolah favourite seperti ini, kamu tuh pantasnya di SLB dengan teman-temanmu yang juga cacat kayak kamu itu loh”. Hati siapa yang nggak sakit dibilang kayak gitu. Walaupun saya sakit bahkan punya keterbatasan, saya juga seorang manusia yang punya hati. Bahkan hati saya biasanya bisa lebih peka daripada yang lain karena ya mungkin punya keterbatasan. Mohon maaf saya tidak mau menggunakan kata cacat karena cacat itu tidak ada didalam Al Qur’an dan tanda kekufuran yang tidak menghargai ciptaan Allah. Keyakinan saya adalah didunia ini Allah tidak melihat keterbatasan kita seperti kondisi fisik dan harta benda, namun Allah melihat makhlukNya itu dari keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Hal itu sesuai dengan Hadits Rasulullah riwayat Muslim yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah SWT tidak  akan melihat pada tubuh dan rupamu, tetapi Allah akan melihat kepada hatimu dan amal perbuatanmu”. Perkataan teman SD saya sampai saat ini masih saya ingat karena akan saya jadikan bahan agar dapat membakar  semangatku menjadi semakin berkobar-kobar sehingga tidak akan pernah redup walaupun terkena hembusan angin kehidupan yang kencang ini. Padahal kalau kita mau melihat didalam Q.S. Al Hujurat ayat 11 dijelaskan bahwa “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain, karena boleh jadi perempuan yang diolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Selain itu didalam Q.S. Al Humazah ayat 1 disebutkan “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”. Dua ayat diatas sudah jelas bahwa setiap manusia tidak boleh saling mencela satu sama lain. Dan dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan Muslim juga dijelaskan bahwa: “Bukanlah orang mukmin, orang yang selalu mencela, mengutuk, berkata keji dan berkata kotor”. Padahal orang-orang yang mengejek saya itu pintar membaca Al Qur’an dan Hadits, tetapi mungkin tidak tahu isi kandungan yang ada didalam Al Qur’an dan belum mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat saya masuk pertama kuliah S2 di UGM, saya ketemu dengan teman SD yang sudah mengejek saya itu tepat didepan gedung Pascasarjana Magister Sains Akuntansi UGM, dia menyapa saya: “Ris, apa kabar? Ngapain kamu ada disini?”. Saya menjawab: “Mas, kabar saya Alhamdulillah baik, saya sekarang kuliah disini, mas”. Dia berkata: “S2, Ris?”. Saya menjawab: “Alhamdulillah mas, saya diterima disini tahun ini, lha kamu sendiri gimana?”. Dia menjawab: “Hebat kamu, Ris, sedangkan aku belum lulus S1 dan sekarang baru akan mengurus ujian skripsi”. Saya berkata: “Mas, saya doakan semoga lancar ya, mas”. Dia berkata: “Ya, Ris, makasih ya, semangat Ris”. Saya berkata: “Ya mas, saling doa mendoakan ya dan memotivasi dalam kebaikan”.
Walaupun saya masih ingat betul perkataan yang dia ucapkan kepada saya diwaktu SD tetapi saya masih tetap menjaga hubungan baik dengan dia karena memutus silaturahmi itu adalah perbuatan dosa dan saya mengacu pada Hadits Rasulullah riwayat Bukhari yang menerangkan bahwa: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. Selain itu juga dijelaskan dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari – Muslim yaitu: “Janganlah kamu saling bermarah-marahan, berdengki-dengkian, saling berpaling muka dan bercerai-berai. Tetapi jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak dibolehkan bagi seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya (sahabatnya atau kawannya) lebih dari tiga hari”. Namun mengapa saya kalau disuruh melupakan kejadian semasa SD belum bisa ya? Sahabat saya Sigit berkata: “Ris, kamu bayangkan sebuah paku yang sudah menancap di kayu, apakah jika paku itu dicabut dari kayu, tidak akan meninggalkan bekas, pasti kayu itu ada bekas pakunya, sama halnya dengan hati manusia”. Jadi menurut saya jika hati sudah terlanjur terluka maka sulit untuk mengobatinya, tetapi kita juga tidak boleh merasa dendam kepada orang yang telah menyakiti kita. Mario Teguh berkata: “Serahkanlah orang itu kepada Allah karena Allah-lah yang akan menyadarkan dia menjadi lebih baik dengan cara Allah sendiri. Janganlah kamu membalas perbuatan jahat orang lain karena hanya akan menimbulkan pertengkaran dan rasa dendam”. Dengan nasehat-nasehat itu, saya menyerahkan kepada Allah semua perbuatan yang dilakukan orang kepada diri saya baik itu terpuji maupun tercela karena Allah-lah yang kuasa memberikan ganjaran baik berupa pahala ataupun siksa. Saya tidak tahu apakah dia masih ingat dengan perkataan yang pernah dia ucapkan kepada saya semasa SD, ataukah tidak. Bagaimana perasaan dia jika ingat apa yang dikatakannya sewaktu SD yang menganggap dia paling hebat dan selang 15 tahun dia ketemu saya tepat didepan gedung kuliah S2 saya dan dia sendiri belum lulus S1-nya. Kuasa Allah-lah peristiwa itu terjadi yang menunjukkan janji Allah dalam firman-Nya dan Hadits Rasulullah diatas, janganlah saling mengejek sesama manusia ciptaan Allah apalagi menghina dan mencela. 
 Perjalanan kehidupan saya dari kecil hingga sekarang dibilang cukup berliku, mungkin tidak seperti anak-anak yang lain. Saya anak pertama dan terakhir dari pasangan Sumaryono, S.Sos., M.Si. dan Dwi Ismiyati, S.Ip., M.M yang menikah pada tanggal 28 April 1985. Sepasang manusia menikah dengan tujuan memperoleh keturunan, tapi sayang pasangan ini harus bersusah payah dalam merealisasikan tujuannya. Berobat kepada dokter spesialis kandungan Broto, dijalaninya (sehingga nama belakang saya Bharata). Setelah menunggu tiga tahun dengan berusaha dan senantiasa tidak henti-hentinya untuk berdoa mendekatkan diri kepada Allah sehingga akhirnya Allah mengabulkan seorang momongan.
Tepat tanggal 30 April 1988, lahirlah seorang bayi mungil dengan berat 2,8 kg di Rumah Bersalin “Kasih Ibu” dengan pertolongan bidan Warti. Bayi itu keluar dari rahim ibunya dengan tanpa ditandai merduan tangisan. Lumuran darah yang menyelimuti bayi itu dibersihkan dengan mandian alkohol, seketika itu bayi mungil bernyanyi dengan merdu dan kencang. Perasaan bahagia menyeliputi kedua orang tuanya. Jari tangan dan kaki dihitung tepat genap 5, yang lain diperhatikan sempurna. Alhamdulillah sujud syukur dipanjatkan kehadirat Allah. Bayi mungil itu dirawat dengan penuh kasih sayang. Pada usia 1 tahun, saya terkena plek paru-paru sehingga harus mengkonsumsi obat selama 2 tahun. Pada saat seharusnya sudah dapat berjalan, saya belum mulai menampakan tanda-tanda berjalan, saya baru bisa berjalan pada usia 2 tahun, itupun sehabis diterapi terlebih dahulu. Setelah diterapi saya bisa berjalan. Diusia TK saya kelihatan berjalan jinjit. Tetapi masih bisa sekolah di TK Dharma Bhakti dalam asuhan bu Kartinem. Lulus dari TK selama 3 tahun, akhirnya diterima di SDN Wonosari V pimpinan pak Sunarto. Sewaktu SD saya sering diejek teman saya karena orangnya bodoh, nulisnya lambat, dan huyak-huyuk. Kata guru SD, saya itu bodoh karena nulisnya lambat sehingga untuk ujian dan menulis catatan tidak pernah rampung. Berawal dari situ dan jalannya yang gruyah-gruyuh, orang tuaku membawaku ke dokter anak Nartini di Basen, Kotagede. Oleh dokter itu dirujuk ke fisioterapi bu Rais Bulaksumur UGM. Selama hampir 20 tahun saya selalu menjalankan fisioterapi. Kondisi waktu itu tidak seperti sekarang ini. Setiap habis kantor, orang tuaku selalu mengajakku fisioterapi dengan naik bus. Hujan panas tidak membuat kami mengeluh. Orang tuaku masih tetap sayang kepadaku. Alhamdulillah saya diberi orang tua yang sangat luar biasa. Padahal saya hanya anak tunggal. Pikiran normal manusia yang terlintas apa yang bisa dibanggakan dari anaknya. Tetapi orang tuaku tidak pernah sekalipun mengeluh. Walaupun harus susah payah dan telaten. Terkadang fisioterapinya kemalaman sehingga bus sudah tidak ada dan terpaksa naik motor atau mencegat mobil-mobil yang mau ke Wonosari. Dulu situasinya belum banyak mobil seperti sekarang ini. Pak nderek numpang dumugi wonosari kata Mama kepada orang lewat. Suatu hari, fisioterapinya sudah kemalaman sehingga kami terpaksa naik motor untuk perjalanan pulang dari jogja ke wonosari dengan dihiasi gerimis rintik-rintik. Pada saat itu jaketpun lupa tidak terbawa, malah mama pas memakai rok pendek dan harus begagah, dan jaket ayahpun harus dilepas untuk menyelimuti anaknya. Suasananya sunyi dan sepi, mobil lewatpun sudah jarang ada. Setiap ada lampu menyala, perasaan kami sungguh senang. Perjalanan wonosari-jogja yang biasanya ditempuh dalam waktu 1 jam, pada saat itu kami tempuh dalam waktu 2 jam. Ayah sangat pelan dalam mengendarai karena dalam keadaan licin dan angin yang berhempus sangat kencang. Setiap ada keramaian, kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Kakek nenek dirumah hanya mondar-mandir menunggu kedatangan kami sambil berdoa untuk keselamatan kami. Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB, kami akhirnya sampai dirumah. Mendengar suara motor prima 85, kakek nenek bergegas membukakan pintu. Kakek langsung menggendongku untuk menganti pakaianku yang basah kuyub dan menggosok-gosok badanku dengan minyak tawon, sedangkan nenek pun bergegas untuk membuatkan teh panas untuk menghangatkan tubuh kami. Waktu terus berjalan, Allah memberikan sebuah mobil Suzuki Carry tahun 80-an. Alhamdulillah sudah tidak kehujanan dan kepanasan lagi, tidak desak-desakkan, dan tidak takut kemalaman lagi tapi ya agak boros, yang penting anakku bisa sehat seperti yang lain, itulah harapan kedua orang tuaku yang tidak henti-hentinya berdoa semoga aku lekas sembuh sehingga dapat tumbuh menjadi anak yang sehat, soleh dan berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsanegara. Amin Ya Robbal Alamin. Kesabaran dan pengorbanan yang besar sudah menjadi ujian bagi orang tuaku supaya ikhlas dalam menerima anugerah dan karunia yang berupa momongan seorang putra dari Allah.
Diwaktu meninjak SD dengan kondisiku yang lambat untuk menulis menyebabkan kompetensiku rendah sehingga saya dipanggilkan guru les privat dirumah. Setiap hari saya mengikuti les privat dirumah sehingga waktu bermainpun hilang. Padahal anak seusia itu baru senang-senangnya bermain. Dengan bantuan guru les privat, bu Anik, bu Sum, bu Tres dan pak Tunjung yang sangat sabar dalam mengajariku, akhirnya saya bisa sedikit demi sedikit menaikkan kompetensi saya, ya harus telaten kata bu Anik. Tidak hanya mengasah kompentensi saja, tetapi saya selalu ditanamkan oleh orang tua untuk selalu beribadah kepada Allah yang menciptakanku sehingga les membaca Al Qur’an dengan Almarhum pak Sardjono dan bu Sri, saya lakukan setiap senin dan kamis. Solat Dhuha dan Tahajut tidak pernah ketinggalan untuk selalu dikerjakan. Teman sedikit demi sedikit mulai ada yang mau bergaul dengan saya, Irwan sahabatku SD. Kelas 6 adalah kelas yang menentukan sekolah mana yang akan menerima saya. Lespun semakin diperketat, mungkin satu hari bisa tiga kali seperti orang minum obat. Guru setia saya pak Subi, pak Agung dan pak Pur tidak pernah istirahat menggenjot saya agar bisa diterima disekolahan yang terbaik dan terdekat. Orang tua saya tidak henti-hentinya berdoa bahkan setiap saya ujian orang tuaku selalu berpuasa sampai detik ini. Akhirnya nilai eptanas murni tertulis 41,90, terkejut dan terharu kita semua. Bermodal nilai itu dan pendaftaran SMPN 1 Wonosari masih terbuka lebar, maka saya memberanikan diri mendaftar di SMPN 1 Wonosari. Saya mendapat urutan 196 dari 240 yang akan diterima. Hari pertama aman, hari kedua juga aman, dan hari ketiga perasaan was-was itu ada, orang tuaku mengambil formulir di SMPN yang lain untuk mengantisipasi hal yang terburuk. Akhirnya saya walaupun dengan nilai ngepres, tetapi di SMPN 1 Wonosari yang notabene paling favourite di Gunungkidul bisa diterima. Sujud syukur tidak lupa selalu dipanjatkan. SMPN 1 Wonosari persaingan siswanya semakin ketat karena dari berbagai SD di kabupaten Gunungkidul. Dikelas 1, sayapun menduduki peringkat 38 dari 40 siswa. Les diberbagai guru harus diikuti supaya saya bisa meraih prestasi. Pak Samsudi matematika dan pak Danang bahasa inggris rela meluangkan waktunya untuk saya. Walaupun tidak langsung naik, tetap disyukuri karena masih dalam lingkup aman artinya rata-rata. Nyatanya saya tidak pernah tinggal kelas. Selain itu, les BTA (Baca Tulis Al Qur’an) asuhan pak Warjono dan pak Surono untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan supaya Allah selalu menyayangiku pun selalu saya ikuti. Perjalanan waktu kelas 3 sudah harus saya jalani. Walaupun masih aman, tetapi rasa was-was itu ada. Empat guru les bekerja extra keras, pak Mandono, pak Sanyata, pak Sumardi dan bu Warsi menelateni saya supaya dapat lulus dengan nilai yang terbaik. Akhirnya lulus yang ditandai dengan sujud syukur Alhamdulillah dengan perasaan ketar-ketir karena nilai bahasa Inggris dikisaran angka 5. Dengan keyakinan yang kuat saya beranikan diri untuk mendaftar di SMAN 1 Wonosari pimpinan pak Mulyoto. Ayah, Mama dan kakak Irfan senantiasa untuk memantau terus naik turunnya peringkat pendaftar. Perasaan cemas itu semakin nampak pada detik-detik penutupan pendaftaran karena saya berada diperingkat 208 dari 216 yang diterima. Tuhan selalu mencampuri urusan saya  sehingga berkat itulah, saya masih diizinkan untuk sekolah di sekolah favourite, terbaik dan terdekat yaitu SMAN 1 Wonosari. Saya tidak menyangka bahwa saya mulai meraih kesuksesan dengan berbagai prestasi diperingkat 10 besar. Dikelas 1 tidak lupa kerja keras pak Aris matematika, pak Imam akuntansi dan pak Taufik kimia yang meluang waktu untuk mengajari saya diluar jam pelajaran. Berawal dari kompetensiku yang mulai menonjol karena terus menerus digali, iklim pertemanan sudah mulai sejuk yang ditandai dengan banyak yang mendekatiku, Hendri dan Onygus sahabatku yang sejati. Memasuki kelas 11 yang harus menentukan pilihan jurusan yang akan dijalani, sayapun bimbang. Orang tua menghendaki saya memilih jurusan IPA yang mana idaman mama supaya anaknya menjadi seorang dokter. Namun melihat bakat dan kemampuanku, jurusan IPS yang lebih sesuai. Maaf mama, saya tidak bisa memenuhi harapan mama untuk menjadi seorang dokter, semoga nantinya saya mendapatkan isteri yang berprofesi sebagai seorang dokter dan yang paling penting mau menerimaku apa adanya, sholehah dan terbaik untukku dan orangtuaku. Seandainya saya dan isteri saya bukan dokter, mudah-mudahan anak saya atau cucu mama yang menjadi dokter. Saya selalu berdoa semoga segera dipertemukan dengan jodohku sehingga segera menikah muda dan mempunyai keturunan yang tergolong orang-orang yang berilmu, penuh kebaikan dan senantiasa beramal sholeh sehingga bermanfaat bagi semua. Amin Ya Robbal Alamin.
Pada waktu pemilihan jurusan, bu Lasmi menyetujui saya masuk IPS walaupun beliau juga menyarankan saya untuk masuk IPA dengan alasan IPS itu banyak mencatatnya daripada IPA padahal nilai saya memenuhi untuk masuk IPA. Tetapi saya mempunyai keyakinan sendiri dan bakat saya ada di IPS. Masuk jurusan IPS yang agak mengecewakan mama pun dijalani. Disana saya ternyata berhasil menduduki peringkat 3 besar, kekecewaan mama pun agak terobati. Di kelas 12, saya mulai agak aman tapi yang masih menjadi momok tetap bahasa Inggris. Les privat bahkan pernah jam 12 malam tetap dijalani bersama pak Barnabas karena untuk menghindari hal yang terburuk yang akan terjadi jika tidak diantisipasi. Nilai bahasa Inggrisnya pun jatuh dalam kisaran angka 6, hal itu tetap disyukuri dengan didukung yang lain yang masih tinggi. Dengan demikian, perjalanan saya menuju ke perguruan tinggi masih bisa lancar. Bu Lasmi dan bu Nasikah mengirimkan nilai rapot saya kepada lima perguruan tinggi dijogja. Alhamdulillah semua diterima tanpa tes yaitu UNY, UII, UPN, Sadhar, dan Poltekes. Berdasarkan petunjuk ibu Lasmi, saya memilih untuk kuliah di UNY. Coba kalau saya masuk IPA walaupun kemungkinan saya bisa mengikuti pelajarannya tapi mungkin saya tidak bisa meraih posisi 3 besar dan harus mengikuti ujian SPMB. Hal itu harus disyukuri karena Allah yang memilihkan sesuai dengan kebutuhan saya bukan hanya keinginan saya belaka. Cita-cita saya sebenarnya berkeinginan kuliah di UGM. Try out – try out ujian masuk UGM, saya ikuti setiap minggu, bangun pukul 4 pagi, berangkat ke Jogja, pulang pukul 7 malam dan selama 3 bulan, tidak membuat saya lelah dan mengeluh. Seleksi PBS pun saya ikuti dan ujian UM UGM saya tempuh. Dengan penuh harapan dapat kuliah di UGM, solat Hajat, solat Tahajut, dan solat Dhuha semakin sering dan giat. Walaupun usaha dan doa sudah saya lakukan tetapi Allah belum mengizinkan saya untuk menempuh kuliah S1 di UGM. Ternyata Allah telah menyiapkan Universitas yang terbaik untuk saya waktu itu yaitu UNY tanpa tes. Selama di UNY, pertama-tama saya masih diurutan 2 besar dengan IPK 3,81, tetapi manusia yang dikelilingi setan rasa angkuh itu muncul. Allah tidak menghendaki saya tersesat dari jalan-Nya karena Hadits Rasulullah riwayat Bukhari – Muslim menjelaskan: “Maukah kutunjukkan padamu tentang mereka yang akan menjadi penduduk neraka? Yaitu mereka yang bersikap kasar (keras), berjalan dengan membanggakan dan bersikap sombong” , maka saya diturunkan ketengah-tengah.  Walaupun turun ditengah-tengah yaitu di bawah batas cumlout namun saya tidak pernah mengulang mata kuliah sehingga waktu luluspun tepat 4 tahun pas. Disana saya sempat menjadi asisten dosen dan aktivis mahasiswa. Di semester awal saya berkecimpung didunia organisasi mahasiswa. Waktu pulangpun tak karuan, kadang sampai larut malam dan kadang harus menginap sehingga saya menderita sakit tifus dan harus dirawat inap di RSUD Wonosari.
Didunia organisasi, wawasanku bertambah dan kenalanku semakin banyak. Para aktivis saya dekati untuk mengetahui pandangan mereka tentang suatu hal. Mas Fitra, mas Sigit, mas Ithok, mas Azis, mas Bambang, mbak Iing, mbak Rara dan yang lain, setia membimbingku dalam mengenal dunia organisasi kampus. Buku The Magic of Thinking Big sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakanku dalam melangkah. Tokoh motivator besar seperti pak Mario Teguh sering menginspirasiku sehingga kadang saya kekampus memakai jas karena ya juga pas musim dingin. Di semester pertengahan, saya abdikan untuk membantu dosen, istilah bekennya asisten dosen. Saya membantu mengumumkan pemberian tugas dan mengoreksi jawaban ujian dan tugas-tugas mahasiswa. Itu sudah membuat saya senang karena dapat membaur bersama dosen-dosen dan para aktivis mahasiswa. Saya berpedoman dengan lagu Opick: Berkumpul dengan orang-orang yang sholeh. Alangkah betapa bahagianya jika saya bisa seperti mereka, pak bu dosen, mudah-mudahan Allah meridhoi saya menjadi seorang dosen Akuntansi yang berpendidikan doktor dan berpangkat profesor Akuntansi yang ilmunya dapat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan dalam hal kebaikan sehingga bisa mengobati kekecewaan mama. Amin Ya Robbal Alamin. Semua dosen di Akuntansi UNY merupakan sosok yang selalu membantuku dalam perkuliahan. Bu Indah setiap permasalahan ada solusinya dihadapan beliau. Bu Mimin seorang dosen yang membaur dengan kami. Bu Rini pembimbingku yang mengarahkanku dengan sabar. Bu Isroah yang mengajariku tentang arti kehidupan ini. Pak Mahendra yang menyempurnakan skripsiku menjadi sangat menarik. Pak Sochih dan pak Pardiman yang selalu mengayomi dan memberikan petuah-petuahnya. Prof Rochmad Wahab, Prof Dardiri, dan Prof Aliyah yang mendoakanku agar cepat selesai. Mas Endra yang menjadi penyemangat dalam kehidupanku,  dan yang lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan disini. Sahabatku tercinta Sigit dan Panji, dua orang yang menjadi Malaikat bagi saya sewaktu kuliah S1, membantuku dan berperan selayak saudara kandungku. Saya bisa seperti sekarang ini tidak terlepas dari yang pertama Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih kepadaku. Kedua orang tuaku is the best dan yang ketiga peran dari orang-orang yang selalu membantuku diwaktu saya membutuhkan, menghiburku disaat aku bersedih, mendoakanku agar berhasil meraih mimpi, yang memberi cinta kasih dan sayangnya kepadaku dengan segenap ketulusan hati dan keikhlasan mereka. Saya hanya dapat berdoa semoga mereka semua yang telah berperan dalam kehidupanku akan mendapatkan ganjaran pahala kebaikan yang setimpal dari Allah.  
Di pertengahan semester pendek, saya melaksanakan KKN di desa Sumberejo, Semin, Gunungkidul. Pandangan awal sebelum mengikuti KKN, saya merasa apa saya bisa mengikuti KKN, tetapi ternyata saya diterima baik oleh teman-teman KKN (Budi, Ajar, Esti, Perdin, Ardiat, Ria, Ika, Dewi, dan Aya) dan segenap warga Pakel (pak Lurah, pak Carik, mbah Pantak, mas Yadi, dll). Dengan keterbatasan saya, tidak membuat program KKN menjadi jelek karena pandangan dulu kalau KKN ya kerja bakti buat jalan, mushola, gapura, dan yang berat-berat. Ternyata tidak seperti itu, tidak semua harus kerja fisik, tapi yang terpenting kerja otak. Masyarakat Pakel sangat baik, mereka tidak menuntut kepada kami yang aneh-aneh dan mengada-ada. Alhamdulillah berkat dukungan dari semua pihak, saya dapat menyelesaikan program KKN dengan baik dan mudah-mudahan masyarakat terkesan. Program saya memang tidak ada yang memerlukan kerja fisik, tetapi hanya kerja otak dan proses lobi yang baik. Mungkin saya mempunyai program yang lebih banyak daripada teman-teman saya karena untuk menutupi kekurangan saya. Program saya seperti bazar, pembentukan posyandu lansia, pembentukan perpustakaan, tabungan anak-anak, sosialisasi pembukuan di kelurahan, bakti sosial, dan berbagai program penyuluhan. Saya melakukan lobi-lobi keberbagai instansi pemerintahan dan akhirnya disetujui. Lobi ke Puskesmas, Kapedal, Dinas Pendidikan, Kantor Perpustakaan Daerah, Badan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan, Bawasda, dan Pasar. Alhamdulillah mereka membantuku dengan segenap keikhlasan dan ketulusan hati. Coba kalau memakai ongkos, sudah berapa yang harus saya keluarkan. Mereka rela dengan ikhlas meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu dalam menyukseskan program KKN. Saya suka dengan kegiatan silaturahmi ke berbagai pihak dengan alasan jalinan silaturahmi itu sangat penting untuk menjaga hubungan baik kita dengan orang lain karena tidak semuanya bisa dibeli dengan uang dan kita didunia hidup dengan orang. Pengobatan keliling yang harusnya tidak berada di dusun tempat KKN, rela dipindahkan lagi kesitu, padahal bulan lalu sudah mengunjungi dusun itu. Dagangan pasar yang seharusnya dijual dipasar, rela saya angkut ke lokasi KKN untuk program Bazar. Pembicara penyuluhan yang harusnya libur tujuh belasan, rela datang untuk memenuhi undangan saya. Senam minggu pagi yang harusnya instruktur masih tidur, rela saya ajak kelokasi untuk mengajari senam. Kalau tidak dengan lobi yang bagus, mana mungkin mereka mau dengan ikhlas. Teman-temanku yang selalu  membantuku untuk menjalankan program KKN saya, tulus dalam berbuat. Antusiasme warga sangat tinggi untuk mendukung program-program KKN saya. Pengabdian kepada masyarakat itu penting agar kita dapat diterima menjadi anggota masyarakat itu dan mengaplikasikan ilmu yang telah kita dapatkan dibangku kuliah untuk kebaikan dan kesejahteraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.   
Tanggal 30 Juni 2011, saya mengikuti upacara yudisium di FISE UNY yang berarti saya pada hari itu resmi lulus menjadi sarjana S1 Akuntansi, FISE, UNY. Namun jadwal wisuda masih tanggal 30 September 2011. Waktu itu, teman-teman saya sudah banyak yang kerja, sahabat saya tercinta Sigit bekerja di Alfamart Makasar dan Panji di Bank Mandiri. Saya bingung akan melamar pekerjaan atau melanjutkan kuliah S2 atau mengikuti kuliah PPA. Orang tua saya mendukung apa yang akan saya putuskan. Setelah saya mempertimbangkan secara matang dan solat Istiqarah maka saya berkeinginan kuat untuk melanjutkan kuliah S2 karena saya berpikir bahwa pikiranku yang lebih penting daripada fisikku. Dengan diantarkan ayah, saya melihat-lihat universitas yang membuka S2 Akuntansi. Saya sebetulnya tertarik pada universitas-universitas tersebut dan sudah akan mendaftarkan diri di universitas tersebut. Namun kuasa Allah yang mengerakkan saya, universitas-universitas tersebut sudah menutup pendaftaran mahasiswa S2 karena saya lupa tidak menyegerakan untuk mendaftar. Kekuatan Allah yang mengatur semua ini sehingga pada tanggal 2 Desember 2011, saya mencoba mendaftarkan diri untuk kuliah S2 Akuntansi di UGM. Tanggal 10 Desember 2011, saya mengikuti ujian AcEPT dan PAPS di Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Tanggal 29 Desember 2011, saya menempuh ujian tertulis dan wawancara di Fakultas Ekonomi dan  Bisnis UGM. Tes dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.30. Dalam tes wawancara dengan pak Prof Slamet Sugiri, saya diberi pertanyaan yang intinya kuliah S2 di UGM itu berat dan sulit, lalu saya menjawab bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan karena itu janji Allah dalam Al Qur’an. Seketika itu, beliau langsung tertawa. Dalam waktu tes tertulis, kondisi saya sedang masuk angin, kepala pusing dan perut mual, tetapi saya tetap berusaha fokus dalam mengerjakan karena sudah saya persiapkan terlebih dahulu. Awal Januari diumumkan hasil seleksi, saya hanya yakin kalau itu yang terbaik untuk saya, Allah akan menunjukkan jalannya. Ternyata saya telpon ke bagian Admisi Magister Sains dan Doktor FEB UGM, saya diterima dengan syarat. Alhamdulillah, akhirnya Allah mengizinkan saya kuliah di UGM walaupun dengan syarat. Saya diterima menjadi mahasiswa S2 Magister Sains Akuntansi FEB UGM dengan syarat selama 2 semester harus sudah memenuhi skor PAPS dan AcEPT. Waktu ini PAPS saya baru mendapat skor 467 padahal syarat minimal harus memenuhi skor 500 dan skor AcEPT saya baru 202 padahal syarat minimal harus mendapatkan skor 209. Setelah mendapat pengumuman itu, saya langsung menghubungi guru-guru les saya yang dulu untuk mengikuti les privat lagi yaitu matematika dan bahasa inggris. Saya mengikuti les matematika ke rumah bu Endang dan bahasa inggris ke rumah pak Barnabas. Selama satu bulan penuh saya harus mengikuti les matematika dan bahasa inggris setiap hari sehabis Maqrib. Untung waktu itu belum masuk kuliah sehingga agak lebih santai dan fokus pada tes PAPS dan AcEPT. Setelah saya di bimbing dalam les matematika dan bahasa inggris, saya mencoba untuk mengikuti tes PAPS dan AcEPT lagi di Fakultas Filsafat. Selain mengikuti les privat, saya juga memperbanyak solat Dhuha, Hajat, dan Tahajut serta tidak lupa puasa senin kamis. Akhirnya tes PAPS berhasil meraih skor 533 namun tes AcEPT malah turun menjadi skor 181. Hal itu tetap disyukuri, mungkin Allah menyuruh saya untuk senang dan tekun dalam belajar bahasa inggris. Les matematika langsung, saya hentikan tetapi les bahasa inggris terus saya ikuti. Tanggal 18 Februari 2012, saya menempuh tes AcEPT lagi, dengan hasil naik 1 menjadi 182. Tepat hari senin tanggal 20 Februari 2012, saya masuk kuliah pertama di MSi FEB UGM dengan mata kuliah Sistem Teknologi Informasi. Pada waktu itu semangat saya berkobar-kobar karena saya bisa kuliah S2 di UGM yang mana idaman saya sejak dahulu kala. Ternyata Allah telah mengabulkan doa saya yang dulu yaitu ingin kuliah di UGM. Pada waktu itu, Allah belum berkehendak saya kuliah S1 di UGM tetapi sudah dipersiapkan oleh Allah Universitas yang terbaik untuk saya yaitu UNY. Betapa bahagianya hati saya, keinginanku telah terpenuhi. Namun sayang, saya mengalami shock terapi yang hebat dengan terbuktinya perkataan pak Prof Slamet Sugiri bahwa kuliah di UGM itu berat dan sulit, namun jika kita tekun dan rajin, maka kita akan dapat mengatasinya. Pada waktu saya masuk kuliah pertama S2 di UGM dengan semangat yang tinggi, tiba-tiba semangat saya langsung turun drastis, saya mau nangis, saya pusing sekali, pikiran saya sudahlah tidak akan melanjut kuliah lagi karena masuk pertama sudah disuguhi dengan artikel tebal berbahasa inggris dan buku paket sangat tebal juga berbahasa inggris. Kami ber-16 mahasiswa disuruh me-review artikel dan buku itu. Saya yang mempunyai kemampuan berbahasa inggris sangat kurang dan hampir tidak suka dengan bahasa inggris menjadi stress berat. Ba’da Maqrib kuliah perdana selesai, saya dijemput oleh orang tua. Diperjalanan saya curahkan unek-unek saya kepada orang tua. Untung orang tua saya sangat bijak, beliau memotivasi saya dengan panjang lebar, Alhamdulillah semangat saya dari drop, sedikit demi sedikit mulai beranjak naik. Saya langsung mampir ke fotokopian untuk mengeprint semua artikel yang diberikan oleh dosen untuk materi kuliah selama satu semester. Keesokan harinya, saya mencoba untuk membaca artikel itu dengan dikelilingi kamus bahasa inggris. Saya berusaha mengerjakan sedikit demi sedikit, itu menimbulkan perasaan senang untuk membaca teks berbahasa inggris. Kuliah berikutnya ternyata sama menggunakan buku berbahasa inggris tetapi para dosen senantiasa memotivasi kami untuk bisa tetap bersemangat. Pak Dr Sumiyana berkata: “membaca artikel ini pertamanya mual-mual bahkan muntah-muntah tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan kecanduan, kuncinya membaca artikel adalah baca dan terus baca”. Pak Dr Ertambang berkata: “orang Indonesia itu cerdas-cerdas tidak kalah dengan orang luar negeri, yang penting membaca terus menerus”. Pak Prof Abdul Halim berkata: “kalian harus banyak membaca supaya harga kalian menjadi tinggi dan mahal dan harus lebih hebat daripada saya karena kalian masih muda”. Pak Prof Zaki Baridwan berkata: “kalau membaca teks berbahasa inggris itu baca terus menerus walaupun mungkin ada yang tidak tahu artinya, 1 kali belum paham 2 kali, jika belum paham lagi 3 kali 4 kali 5 kali dan seterusnya sampai kalian paham isi bacaan itu dan ungkapkanlah dengan bahasa kalian sendiri”. Banyak lagi motivasi-motivasi dari beliau yang tidak bisa saya tuangkan kedalam artikel ini. Intinya dari keempat dosen itu adalah membaca dan terus membaca. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yang turun pertama kali yaitu ‘Iqro’ yang artinya “Bacalah”. Mulai sekarang saya sudah agak terbiasa dengan bahasa inggris karena memang bahasa inggris adalah bahasa internasional. Dulunya saya sangat benci dengan bahasa inggris karena sulit bahkan lebih sulit daripada matematika sehingga dari UNAS SMP saya mendapat nilai 5 dan UNAS SMA saya mendapat nilai 6. Sekarang saya disudutkan mau tidak mau, bisa tidak bisa, saya harus mempelajari dan menggunakan bahasa inggris. Tes AcEPT saya tempuh sebanyak 5 kali sehingga mengharuskan saya setiap bulannya mengikuti tes itu dan Alhamdulillah sekarang sudah mendapatkan skor 224. Hal itu tidaklah berakhir untuk mempelajari bahasa inggris karena referensi kuliah S2 semuanya memakai bahasa inggris.
Kesulitan apapun jika kita hadapi maka akan menjadi mudah, namun jika kita biarkan terus menerus kesulitan itu hanya akan menjadi moster yang senantiasa melemahkan diri kita. Teman-teman saya ber-16 orang saling memotivasi dan saling bantu membantu untuk proses perkuliahan. Tugas-tugas yang berat akan terasa ringan, jika kita diskusikan bersama. Tetapi jika menempuh ujian, kita berusaha mengerjakan sendiri-sendiri. Kekompakkan kami semua dapat menyeselaikan beban berat yang dihadapi. Kami ber-16 yang terdiri dari Lubab, Monik, Ina, Peni, Gafar, Wawan, Jono, Eli, Hadi, Kevin, Yoga, Yanu, Wina, Nely, dan Jeni. berpedoman pada Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu : “Cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai terhadap dirimu sendiri”. Pada waktu pertama kali masuk kuliah, perasaan kami ber-16 pun sama yaitu merasa berat, namun setelah kami saling memotivasi dan menjalaninya bersama-sama, perasaan beratpun menjadi ringan dan menyenangkan. Kuncinya adalah senantiasa berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Jangan kuatir apapun kesulitan kita pasti ada jalan keluarnya. Kita tidak hidup sendiri, ada Tuhan dan manusia lain yang bersedia membantu kita untuk menghadapi semua kesulitan.                 
Dengan artikel ini, saya berharap dapat menjadi kunci awal saya untuk dapat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan ini dalam hal kebaikan karena jika fisik saya kemungkinan kurang bermanfaat disebabkan adanya keterbatasan, maka saya bercita-cita semoga pikiran saya dapat berguna dan bermanfaat bagi semuanya dalam hal kebaikan di kehidupan diri saya pribadi, masyarakat, nusa bangsa negara, agama, dan alam ini. Amin Ya Robbal Alamin.                                             
Allah berfirman didalam QS. Al Baqarah ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Didalam QS. Ar. Ra’d ayat 11 juga disebutkan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum. Sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Dua ayat tersebut adalah motivasi terbesar dalam hidupku. Mungkin saya punya orang tua yang begitu sayang kepadaku tapi saya berpikir tidak mungkin orang tuaku antar jemputku setiap hari sehingga saya harus berani naik bus apapun resikonya. Mungkin sahabat-sahabatku bisa membantu menuliskan catatan atau meminjami catatannya tapi aku berpikir dalam ujian tidak mungkin sahabat-sahabatku mau menuliskan sehingga aku harus rajin dan tekun belajar supaya otakku terisi untuk bisa menjawab soal-soal dalam ujian agar waktu ujian saya tinggal menulisnya dikertas. Guru dan dosen saya walaupun sering membantuku dalam belajar, mana mungkin waktu ujian beliau akan bersedia membantuku. Itu semua menuntutku untuk berusaha mandiri, walaupun dengan keterbatasan. Nyatanya saya bisa merubah nasibku sendiri dan Allah meridhoi sekaligus membantuku dalam setiap langkahku. Coba kalau saja saya hanya menyesali dan mengantungkan hidupku ini kepada orang lain, mungkin saya malah semakin terburuk dan menjadi hamba yang merugi. Motivasi lagu Jangan Menyerah D’Masiv selalu ku ingat: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak pernah putus asa. Syair lagu itu memang benar dan saya mengalaminya dengan nyata. Kita diwajibkan untuk bersabar dalam menghadapi kehidupan ini. Tapi ya memang berat dan harus kuat.  Didalam Q.S. Ali Imran ayat 139 yang berbunyi “Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman.” Berarti jelas dimata Allah, bukan kesempurnaan fisik, bukan tingkat jabatan, bukan harta bendanya, bukan cantik tampannya, tetapi keimanannya yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya. Manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah manusia yang beriman. Jadi saya tidak boleh mider apalagi depresi dengan keadaan saya seperti ini karena Allah melihatnya dari tingkat keimanannya. Oleh karena itu, saya mengajak agar kita tidak saling mengolok-olok karena bisa jadi yang kita olok-olok lebih baik daripada kita. Saya berharap artikel ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk bisa menjalani kehidupan dengan niatan yang baik, tidak mudah menyerah dan putus asa, selalu sabar dalam menjalani kehidupan, ingat kepada Yang Maha Tinggi dan yang terpenting saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia. Kita hidup didunia ini harus selalu beribadah secara vertikal yang langsung kepada Allah dan horisontal dengan berbuat baik kepada sesama. Saya senantiasa untuk selalu menjalankan solat wajib lima waktu, membaca Al           Qur’an, berpuasa, solat Dhuha dan Hajat, dan sekarang ini, saya selalu bersilaturahmi ke berbagai sanak saudara, kerabat dan para kyai haji atau tokoh agama dengan tujuan mempererat tali silaturahmi diantara kita dan memohon doa restu semoga kuliah saya S2 MSi Akuntansi FEB UGM dapat berjalan dengan sukses dan lancar dan lulus secara cepat dengan nilai yang bagus. Saya segera mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya dan yang terbaik untuk saya sehingga menjadi orang yang selalu berguna dan bermanfaat untuk semuanya dalam kebaikan. Saya segera dipertemukan dengan jodoh saya yang mau menerima saya apa adanya, sholehah dan terbaik untuk saya  dan orang tua saya sehingga segera menikah muda dan segera mendapatkan keturunan yang sholeh dan sholehan dan yang membahagiakan diri kami semuanya. Amin Ya Robbal Alamin.
Saya menulis artikel ini dengan tujuan memotivasi sesuai dengan Q.S. Al Baqarah ayat 271 yang berbunyi “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu (dengan tujuan agar dicontoh orang lain bukan untuk ria) maka itu baik”. Mudah-mudahan dengan artikel ini dapat memberi motivasi kepada para pembaca dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tolong ambillah kebaikannya dari artikel ini dan tinggalkanlah kekurangan yang ada didalamnya. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya seandainya pembaca kurang berkenan dan saya ucapkan terima kasih banyak atas kesediaan pembaca untuk membaca artikel motivasi saya.   
            Sebagiaan kebiasaan-kebiasaan saya semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari semoga kita semua dapat meraih sukses disegala hal.
1.        Saya biasanya jika akan ujian apapun selalu memohon doa restu kepada orang tua, saudara, guru, para ustad dan yang lain, walaupun hanya melalui SMS, contohnya: “Maaf bapak, saya mohon doa restu karena pada hari ini saya akan menempuh ujian mid semester teori akuntansi semoga saya selalu diberi kesuksesan dan kemudahan dalam mengerjakan dan mendapatkan hasil yang terbaik dan membahagiakan. Amin Ya Robbal Alamin. Maturnuwun Sanget. Sungkem dari Risma Wira Bharata/Mimo”. Hampir semua SMS saya selalu dibalas oleh para penerima SMS dan saya yakin jika beliau tidak sempat membalas, saya berkeyakinan SMS saya pasti dibaca dan proses membaca SMS itu doa sudah dipanjatkan kepada diri saya. Ini sangat mujarab sekali, disamping berdoa sendiri.
2.        Saya biasanya cenderung mengugurkan kewajiban terlebih dahulu, contohnya jika saya ada tugas, biasanya saya selesaikan dahulu tugas itu secara tuntas kemudian baru saya dalami secara mendalam untuk yang kedua kalinya. Jika saya membaca untuk pertama kalinya, saya membaca secara menyeluruh terlebih dahulu setelah itu kemudian membaca yang kedua lebih cermat lagi dan seterusnya, biasanya 3 kali dalam membaca.
3.        Saya biasanya jika tidak dapat mengerjakan tugas sendiri, maka sering bertanya kepada orang lain yang kompeten dibidangnya. Saya berprinsip daripada saya menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bisa saya kerjakan, lebih baik bertanya kepada ahlinya sesuai dengan Hadist Rasulullah riwayat Bukhari – Muslim yang menjelaskan bahwa jika sesuatu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.
4.        Saya biasanya membawa buku atau catatan kemanapun saya pergi untuk mendekatkan diri saya dengan buku dan jika ada waktu luang bisa dibaca dimanapun dan kapanpun.
5.        Saya biasanya selalu solat Hajat dan solat Dhuha setiap hari secara berurutan secara rutin
6.        Saya biasanya melakukan solat Taubat untuk selalu menyucikan diri dari dosa dan khilaf.
7.        Saya biasanya membaca Al Qur’an tiap hari walaupun hanya 1 ruku’ yang berkelanjutan
8.        Saya biasanya bersilaturahmi kepada para sanak saudara, kerabat dan para Kyai Haji atau tokoh agama untuk mempererat tali silaturahmi dan meminta amalan doa sehari-hari serta memohon untuk selalu didoakan semoga saya dapat meraih kesuksesan disegala hal
9.        Saya biasanya mengamalkan doa : “ Allahumma Anjahni Fil Imthihan artinya Ya Allah berikanlah saya kelulusan dalam menghadapi ujian apapun” dari pak KH Bardan Usman.
10.    Saya biasanya mengamalkan doa : “ Allahumma Laa Sahla Illa Maa Ja’altahu Sahla, Wa Anta Taj’alul Hazna, Idzaa Syi’ta Sahla artinya Ya Allah, tiada kemudahan kecuali yang Engkau mudahkan dan bila Engkau kehendaki, kesulitan itu menjadi mudah” dari              Bapak KH Untung Santoso, S.E., MA.
11.    Saya biasanya mengamalkan doa : “Allahumma yassir umuronaa Wa Balligh Maqshidanaa Birohmatika Ya Arhama Raahimiin artinya Ya Allah, mudahkanlah urusan-urusan kami dan sukseskanlah cita-cita kami dengan rahmad-Mu Wahai Allah Yang Maha Penyayang” dari Bu Khasinah, S.Ag.
12.    Saya diberi pesan oleh KH Sholeh Muslim untuk memperbanyak mengamalkan kalimat : Iqthifar dan solawat nabi Muhammad SAW, disetiap perjalanan saya selalu membacanya
13.    Saya biasanya jika sudah merasa lelah, maka saya segera tidur daripada saya paksa, tetapi setelah bangun lalu melanjutkan lagi dalam membaca atau mengerjakan tugas lain.
14.    Saya biasanya makan-makanan bergizi, minum vitamin dan susu madu secara seimbang dan rutin untuk menjaga kondisi kesehatan saya supaya tetap fit walaupun beraktivitas.
15.    Saya biasanya melakukan rekreasi walaupun mungkin hanya minum teh jahe diangkringan, jalan-jalan pagi atau sore, karaoke, lihat TV, mengobrol dengan orang lain.
16.    Dan yang terpenting seimbangkan usaha, doa kepada Allah, dan tawakal serahkan semua kepada Allah karena apapun yang terjadi didunia ini adalah kehendak Allah. Lakukan suatu aktivitas kebaikan sehari-hari hanya karena Allah. Insya Allah akan segera terkabul