Aku kok bisa seperti ini? Aku kok
bisa lulus kuliah S1 Akuntansi UNY ya? Aku kok bisa melanjutkan S2 di UGM ya?
Aku kok bisa menulis artikel ini dan 20-an artikel yang lain? Pertanyaan-pertanyaan
itu juga sering ditanyakan orang lain. Kok bisa ya? Padahal orangnya seperti
itu. Nulisnya lambat, Buyuten, Gregeli.
Saya aja heran, apalagi anda? Hanya KuasaNya yang Maha Dhasyat yang mengatur
kehidupan ini yang membuatku seperti ini. Jika saya yang diciptakan oleh Allah
dengan mempunyai keterbatasan, maka saya yakin anda lebih bisa daripada saya.
Sahabat baik saya yang bernama Wulan berkata kepada saya bahwa ada sebuah kisah
siput nabi Nuh yang berjalan dengan sangat lambat tetapi dia tidak pernah menyerah
dan putus asa sehingga pada akhirnya sampai ke bahtera dengan selamat. Dia
memotivasi saya supaya tetap semangat didalam meraih cita-cita saya karena semua
manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang sudah
dianugerahkan. Jadi kita harus tetap menjalani kehidupan ini dengan kebaikan
karena umur paling lama hanya 1 abad.
Kemarin belum lama saya ketemu dengan guru
bahasa Indonesia saya semasa SMP, bu Anis namanya pada waktu mengurus pembuatan
e-KTP di kantor kecamatan Wonosari. Beliau masih teringat dengan wajah dan stale khas saya. Pertanyaan pertama yang terucap dari bibir beliau adalah
mas, bagaimana kabarnya dan sekarang lanjut dimana? Saya menjawab seperti
jawaban pada umumnya yaitu Alhamdulillah
kabar baik dan saya melanjutkan di akuntansi UNY. Lalu beliau bertanya lagi:
kuliahnya semester berapa? Saya menjawab: Alhamdulillah
sudah selesai. Beliau terbengong, lalu beliau mengucapkan Alhamdulillah mas, kamu bisa lulus 4 tahun, padahal belum tentu
teman-temanmu sudah lulus juga. Saya terus menceritakan kepada beliau: saya
juga tak menyangka bu bahwa Allah begitu sayang kepada saya. Padahal jika
dilogika kemungkinan saya tidak bisa mengikuti kuliah karena ujian dalam perkuliahan
itu disuruh menulis jawaban didalam kertas polio bolak-balik dalam waktu 1,5
jam. Bagaimana dibayangkan pada waktu saya SMP, ibu mengetahuinya kan bahwa
saya sangat lambat dalam menulis. Tapi bu, kadang saya malah selesainya lebih
cepat daripada teman-teman saya yang lain. Sewaktu kuliah saya juga jarang
mencatat catatan yang diberikan oleh dosen karena ya selalu ketinggalan jika mau
mulai mencatat catatan. Saya kalau dibilang pintar juga tidak, cerdas apalagi,
jenius soyomeneh. Kata orang-orang,
saya itu hanya tekun dan rajin. Memang kayaknya seperti itu, saya senang dengan
membaca. Apalagi kalau mau ujian, seminggu sebelum ujian saya sudah harus khatam. Padahal kadang masuk ke otak,
kadang juga tidak. Beliau lalu bilang kepada anaknya yang masih berumur 7
tahun: dik, ini mas-nya walaupun sakit tapi sudah lulus sarjana dalam waktu 4
tahun dan nilainya bagus-bagus, kamu harus bisa seperti masnya. Lalu anaknya
bertanya kepada ibunya: lha sakit apa masnya, bu? Ibunya hanya diam, mungkin
beliau tidak enak kepada saya. Istilah sakit juga sering disebutkan kondektur
bis, dia pada waktu saya mau turun bis sering teriak: awas-awas orang sakit,
pelan-pelan aja. Padahal dibis juga banyak penumpang dan mereka terus melihat
kearah saya. Itu saja tidak dalam artian kasar tapi ya dalam hati saya malu,
masih muda kok sudah huyak-huyuk (kurang seimbang), gimana kalau sudah tua dan apa yang nantinya yang bisa saya
lakukan? Wallahu Alam, hanya
Allah-lah yang mengetahuinya karena Allah yang memilikiku. Siapa tahu saya
malah semakin sehat dan kuat (Amin Ya Robbal Alamin), dan wajib saya bersyukur
kepada Allah.
Ada teman saya SD malah bicaranya sangat
kasar. Dia bilang: Hey...anak cacat, kamu tuh tidak pantas sekolah di sekolah favourite seperti ini, kamu tuh
pantasnya di SLB dengan teman-temanmu yang juga cacat kayak kamu itu loh. Hati
siapa yang nggak sakit dibilang kayak gitu. Walaupun saya sakit bahkan punya
keterbatasan, saya juga seorang manusia yang punya hati. Bahkan hati saya
biasanya bisa lebih peka daripada yang lain karena ya mungkin punya
keterbatasan. Mohon maaf saya tidak mau menggunakan kata cacat karena cacat itu
tidak ada didalam Al Qur’an. Keyakinan saya adalah didunia ini Allah tidak
melihat keterbatasan kita seperti ketidaksempurnaan fisik dan kekurangan harta,
namun Allah mengganggap makhlukNya itu cacat jika makhlukNya tidak beriman dan
bertaqwa kepada-Nya. Sampai saat ini saya masih ingat perkataan teman SD saya karena
akan saya jadikan bahan agar dapat membakar semangatku menjadi semakin berkobar-kobar
sehingga tidak akan pernah redup walaupun terkena hembusan angin kehidupan yang
kencang ini. Padahal kalau kita mau melihat didalam Q.S. Al Hujurat ayat 11
dijelaskan bahwa “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan
lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok
perempuan lain, karena boleh jadi perempuan yang diolok-olokkan lebih baik dari
perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan
janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim”. Selain itu didalam Q.S. Al Humazah ayat
1 disebutkan “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”. Dua ayat diatas
sudah jelas bahwa setiap manusia tidak boleh saling mencela satu sama lain.
Padahal orang-orang yang mengejek saya itu pintar membaca Al Qur’an, tetapi
mungkin tidak tahu isi kandungan yang ada didalam Al Qur’an. Belum lama ini
saya ketemu dengan orang yang telah mengejek saya itu tepat didepan gedung Pascasarjana
Magister Sains Akuntansi UGM, dia menyapa saya: Ris, apa kabar? Ngapain kamu
ada disini? Saya menjawab: Hey mas, kabar saya Alhamdulillah baik, aku sekarang
kuliah disini, mas. Dia berkata: S2, Ris? Saya menjawab: Alhamdulillah saya
diterima disini tahun ini, lha kamu gimana? sudah semester berapa S2-nya? Dia
menjawab: aku belum lulus S1, Ris, ini baru mengurus mau ujian skripsi. Saya
berkata: Ya, semoga lancar ya mas. Dia berkata: Ya, Ris, makasih ya, semangat
Ris. Saya berkata: Ya mas, saling doa mendoakan ya. Walaupun saya masih ingat
betul perkataan yang dia ucapkan kepada saya diwaktu SD tetapi saya masih tetap
menjaga hubungan baik dengan dia karena memutus silaturahmi itu adalah
perbuatan dosa. Namun mengapa saya kalau disuruh melupakan kejadian semasa SD
belum bisa ya? Ada sahabat saya berkata: seperti paku yang sudah menancap di
kayu, apakah jika paku itu dicabut dari kayu, tidak akan meninggalkan bekas,
pasti kayu itu ada bekasnya, sama halnya dengan hati. Jadi menurut saya jika
hati sudah terlanjur terluka maka sulit untuk mengobatinya, tetapi kita juga
tidak boleh merasa dendam kepada orang yang telah menyakiti kita. Mario Teguh
berkata: serahkanlah orang itu kepada Allah karena Allah-lah yang akan
menyadarkan dia menjadi lebih baik dengan cara Allah sendiri. Janganlah kamu
membalas perbuatan jahat orang lain karena hanya akan menimbulkan pertengkaran
dan rasa dendam. Saya menyerahkan kepada Allah semua perbuatan tercela yang
dilakukan orang kepada diri saya agar nantinya dia sadar dan menjadi hamba yang
semakin baik. Saya tidak tahu apakah dia masih ingat dengan perkataan yang
pernah dia ucapkan kepada saya semasa SD, atau tidak. Bagaimana perasaan dia
jika ingat apa yang dikatakannya sewaktu SD yang menganggap dia paling hebat,
dan selang 15 tahun dia ketemu saya tepat didepan gedung kuliah S2 saya dan dia
sendiri belum lulus S1-nya. Kuasa Allah-lah peristiwa itu terjadi dan menunjukkan
janji Allah dalam firman-Nya diatas, janganlah saling mengejek sesama hamba
apalagi menghina dan mencela.
Perjalanan saya dari kecil hingga sekarang
dibilang cukup berliku, mungkin tidak seperti anak-anak yang lain. Saya anak
pertama dari pasangan Sumaryono, M.Si. dan Dwi Ismiyati, MM yang menikah pada
tanggal 28 April 1985. Sepasang manusia menikah dengan tujuan memperoleh
keturunan, tapi sayang pasangan ini harus bersusah payah dalam merealisasikan
tujuannya. Berobat ke belakang Malioboro yaitu dokter spesialis kandungan
Broto, dijalaninya (sehingga nama belakang saya Bharata). Setelah menunggu tiga
tahun dengan berusaha dan senantiasa berdoa mendekatkan diri kepada-Nya,
akhirnya Allah memberinya momongan. Tepat tanggal 30 April 1988, lahirlah
seorang bayi mungil dengan berat 2,8 kg di Rumah Bersalin “Kasih Ibu” dengan
pertolongan bidan Warti. Bayi itu keluar dari rahim ibunya dengan tidak
ditandai merduan tangisan. Lumuran darah yang menyelimuti bayi itu dibersihkan
dengan mandian alkohol, seketika itu bayi mungil bernyanyi dengan merdu dan
kencang. Bahagianya kedua orang tuanya. Jari tangan kaki dihitung pas genap 5, yang
lain diperhatikan sempurna. Alhamdulillah sujud syukur dipanjatkan. Dengan
berjalannya waktu, saya sempat terkena plek
sehingga harus mengkonsumsi obat selama 2 tahun. Saya baru bisa berjalan pada
usia 2 tahun, itupun sehabis diterapi terlebih dahulu. Setelah diterapi saya
bisa berjalan. Diusia TK saya berjalan jinjit. Tetapi masih bisa sekolah di TK
Dharma Bhakti dalam asuhan bu Kartinem. Lulus dari TK selama 3 tahun, akhirnya
diterima di SD Wonosari V. Sewaktu SD saya sering diejek teman saya karena
orangnya bodoh, nulisnya lambat, huyak-huyuk.
Kata guru SD, saya itu bodoh karena nulisnya lambat sehingga untuk ujian dan
menulis catatan tidak pernah rampung.
Berawal dari situ dan jalannya yang gruyah-gruyuh,
orang tuaku membawaku ke dokter anak Nartini di Basen. Oleh dokter itu dirujuk
ke fisioterapi bu Rais Bulaksumur UGM. Selama hampir 18 tahun saya selalu
menjalankan fisioterapi. Kondisi waktu itu tidak seperti sekarang ini. Setiap
habis kantor, orang tuaku selalu mengajakku fisioterapi dengan naik bis. Hujan
panas tidak membuat kami mengeluh. Orang tuaku masih tetap sayang kepadaku. Alhamdulillah
saya diberi orang tua yang sangat luar biasa. Padahal saya hanya anak tunggal.
Coba apa yang bisa dibanggakan dari anaknya. Tetapi orang tuaku tidak pernah
sekalipun mengeluh. Walaupun harus susah payah dan telaten. Terkadang fisioterapinya kemalaman sehingga bis sudah
tidak ada dan terpaksa naik motor atau mencegat mobil-mobil yang mau
kewonosari. Dulu situasinya belum banyak mobil seperti sekarang ini. Pak nderek numpang dumugi wonosari. Jaketpun lupa tidak bawa. Malah pada waktu itu
mama pas memakai rok pendek dan harus begagah.
Waktu terus berjalan, Allah memberikan sebuah mobil Suzuki Carry tahun 80-an.
Alhamdulillah sudah tidak kehujanan dan kepanasan lagi, tidak desak-desakkan,
dan tidak takut kemalaman lagi tapi ya agak boros, yang penting anakku bisa
sehat seperti yang lain, itulah harapan kedua orang tuaku. Kesabaran dan
pengorbanan yang besar sudah menjadi ujian bagi orang tuaku supaya ikhlas dalam
menerima anugerah momongan dari Allah SWT.
Disaat SD disebabkan kompetensiku yang
rendah, saya dipanggilkan guru les privat. Hampir setiap hari saya melakukan
les sehingga bahkan waktu bermainpun hilang. Padahal anak seusia itu baru
senang-senangnya bermain. Dengan bantuan guru les, bu Anik, bu Sum, bu Tres dan
pak Tunjung yang sangat sabar dalam
mengajariku, akhirnya saya bisa sedikit demi sedikit menaikkan kompetensi saya,
ya harus telaten kata bu Anik. Tidak
hanya itu saja, tetapi saya selalu
ditanamkan oleh orang tua untuk selalu beribadah kepada Allah yang menciptakannya.
Les membaca Al Qur’an dengan Almarhum pak Sardjono dan bu Sri, saya lakukan.
Solat Dhuha dan Tahajut tidak ketinggalan untuk dikerjakan. Teman sedikit demi
sedikit mulai ada yang mau bergaul dengan saya, Irwan sahabatku SD. Kelas 6 adalah
kelas yang menentukan sekolah mana yang
akan menerima saya. Lespun semakin tekat, mungkin satu hari bisa dua kali. Guru
saya pak Subi, pak Agung dan pak Pur tidak pernah istirahat menggenjot saya agar saya bisa mendapatkan
sekolahan yang baik. Orang tua saya tidak henti-hentinya berdoa bahkan setiap
saya ujian orang tuaku selalu berpuasa hingga saat ini. Akhirnya nilai eptanas
murni tertulis 41,90. Terkejut dan terharu kita semua. Pintu gerbang SMP 1
Wonosari masih terbuka, walaupun dengan nilai ngepres, tetapi di SMP 1 Wonosari yang notabene paling favourite
di Gunungkidul bisa dimasuki. Sujud syukur dipanjatkan. SMP 1 Wonosari
persaingannya semakin ketat karena dari berbagai SD di kabupaten Gunungkidul.
Sayapun jatuh diperingkat 38 dari 40 siswa kelas 1. Metode lamapun diterapkan
supaya saya bisa meraih prestasi. Les diberbagai gurupun diikuti. Pak Samsudi
matematika dan pak Danang bahasa inggris rela meluangkan waktunya untuk saya. Walaupun
tidak langsung mak ndel, tetap
disyukuri karena masih dalam lingkup aman artinya rata-rata. Nyatanya saya
tidak pernah tinggal kelas. BTA (Baca Tulis Al Qur’an) asuhan pak Warjono dan
pak Surono untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan supaya Allah selalu
menyayangiku pun selalu saya ikuti. Perjalanan waktu kelas 3 sudah dimulai. Walaupun
masih aman, tetapi rasa was-was itu ada. Empat guru les bekerja extra keras, pak Mandono, pak Sanyoto,
pak Mardi dan bu Warsi. Lulus mbok...syukur Alhamdulillah dengan ketar-ketir
nilai bahasa inggris dikisaran angka 5. Untung gerbang pendaftaran SMA 1 Wonosari
masih dibuka oleh pak Mulyoto sehingga saya masih diizinkan untuk sekolah di
sekolah favourite. SMA 1 Wonosari
masih bisa dipegang walaupun sudah berada ditepian. Tapi yang penting masuk
dulu dalam lingkungan SMA 1 Wonosari. Disitulah saya mulai meraih kesuksesan
dengan berbagai prestasi diperingkat 10 besar. Dikelas 1 tidak lupa kerja keras
pak Aris matematika, pak Imam akuntansi dan pak Taufik kimia. Teman sudah mulai
banyak yang mendekati, Hendri dan Onygus sahabatku yang sejati. Jurusan IPA
yang mana idaman mama supaya anaknya menjadi seorang dokter, terpaksa saya
lepas karena peta kemampuan saya rumit. Maaf mama, saya tidak bisa memenuhi
harapan mama untuk menjadi seorang dokter, semoga nantinya saya mendapatkan
istri yang berprofesi sebagai seorang dokter dan yang paling penting mau
menerimaku apa adanya, sholehah dan terbaik untukku dan orangtuaku. Seandainya
saya dan isteri saya bukan seorang dokter, mudah-mudahan anak saya atau cucu
mama yang menjadi dokter. Saya berdoa semoga saya dan anak keturunan saya
termasuk orang-orang yang berilmu, penuh kebaikan dan senantiasa beramal sholeh
sehingga bermanfaat bagi sesama. Amin Ya Robbal Alamin. Pada waktu pemilihan
jurusan, bu Lasmi menyetujui saya masuk IPS walaupun beliau juga menyarankan
saya untuk masuk IPA dengan alasan IPS itu banyak mencatatnya daripada IPA
padahal nilai saya memenuhi untuk masuk IPA. Tetapi saya mempunyai keyakinan
sendiri dan bakat saya ada di IPS. Masuk jurusan IPS yang agak mengecewakan
mama pun dijalani. Disana saya ternyata berhasil menduduki posisi 3 besar,
kekecewaan mama pun agak terobati. Di kelas 12, saya mulai agak aman tapi yang
menjadi momok masih tetap bahasa inggris.
Les privat bahkan pernah jam 12 malam tetap dijalani bersama pak Barnabas.
Untuk menghindari hal yang terburuk yang akan terjadi jika tidak diantisipasi. Nilai
bahasa inggrisnya pun jatuh dalam kisaran angka 6, tetap disyukuri dengan
didukung yang lain yang masih tinggi. Dengan demikian, tiket ke perguruan
tinggi masih bisa kepegang. Bu Lasmi dan bu Nasikah mengirimkan nilai rapot
saya kepada lima perguruan tinggi dijogja. Alhamdulillah semua diterima tanpa
tes yaitu UNY, UII, UPN, Sadar, dan Poltekes. Berdasarkan petunjuk ibu Lasmi,
saya menjatuhkan diri di UNY. Coba kalau saya masuk IPA walaupun kemungkinan saya bisa mengikuti pelajarannya tapi mungkin saya tidak
bisa meraih posisi 3 besar dan harus mengikuti ujian SPMB. Cita-cita saya
sebenarnya berkeinginan kuliah di UGM. Try out –try out ujian masuk UGM, saya
ikuti setiap minggu, bangun pukul 4 pagi, berangkat kejogja,
pulang pukul 7 malam
dan selama 3 bulan, tidak membuat saya lelah dan mengeluh. Seleksi PBS pun saya ikuti dan ujian UM UGM saya tempuh.
Dengan harapan dapat kuliah di UGM, solat Hajat, solat Tahajut, dan solat Dhuha
semakin sering dan giat. Walaupun usaha dan doa sudah saya lakukan tetapi Allah
belum mengizinkan saya untuk menempuh kuliah S1 di UGM. Ternyata Allah telah menyiapkan Universitas
yang terbaik untuk saya waktu itu yaitu UNY tanpa tes.
Selama di UNY, pertama-tama saya
masih
diurutan 2 besar dengan IPK 3,81, tetapi manusia yang dikelilingi setan rasa
angkuh itu ada. Allah tidak menghendaki saya tersesat dari jalan-Nya, maka saya
diturunkan ketengah-tengah.
Walaupun turun ditengah-tengah
yaitu di bawah batas cumlout
namun saya tidak pernah mengulang mata kuliah sehingga waktu luluspun tepat
empat tahun pas. Disana saya sempat menjadi asisten dosen dan aktivis
mahasiswa. Di semester awal saya berkecimpung didunia organisasi mahasiswa.
Waktu pulangpun tak karuan, kadang sampai larut malam dan kadang harus menginap sehingga saya sakit tifus
dan harus dirawat di RSUD Wonosari. Didunia organisasi, wawasanku bertambah dan
kenalanku semakin banyak. Para aktivis saya dekati untuk mengetahui pandangan
mereka tentang suatu hal. Karena terinspirasi dengan pak Mario Teguh, kadang
saya kekampus memakai jas karena ya juga pas musim dingin. Di semester
pertengahan, saya abdikan untuk membantu dosen. Mungkin hanya membantu
mengumumkan pemberian tugas dan mengoreksi jawaban mahasiswa. Itu sudah membuat
saya senang karena dapat membaur bersama dosen-dosen dan para aktivis. Ingat lagu Opick:
Berkumpul dengan orang yang sholeh. Betapa bahagianya jika saya bisa seperti
mereka, pak bu dosen, mudah-mudahan Allah meridho saya menjadi seorang dosen
yang ilmunya dapat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan dalam hal kebaikan
sehingga bisa mengobati kekecewaan mama, Amin Ya Robbal Alamin. Semua dosen di
akuntansi UNY merupakan sosok yang selalu membantuku dalam perkuliahan karena
didalam kuliah tidak ada guru les privat. Bu Indah setiap permasalahan ada
solusinya dihadapan beliau. Bu Mimin seorang dosen yang membaur dengan kami. Bu
Rini pembimbingku yang mengarahkanku dengan sabar. Bu Isroah yang mengajariku
tentang arti kehidupan ini. Pak Mahendra yang menyempurnakan skripsiku menjadi
sangat menarik. Pak Sochih dan pak Pardiman yang selalu
mengayomi dan memberikan petuah-petuahnya. Prof Rochmad Wahab, Prof Dardiri,
dan Prof Aliyah yang mendoakanku agar cepat selesai, dan yang lain-lain yang
tidak dapat saya sebutkan disini. Sahabatku tercinta Sigit dan Panji, dua orang
yang menjadi Malaikat bagi saya sewaktu kuliah S1, membantuku dan berperan
selayak saudara kandungku. Saya bisa seperti sekarang ini tidak terlepas dari
yang pertama Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Kedua orang tuaku is the best dan yang ketiga peran dari
orang-orang yang selalu membantuku diwaktu saya membutuhkan, menghiburku disaat
aku bersedih, mendoakanku agar berhasil meraih mimpi, yang memberi cinta kasih dan
sayangnya kepadaku dengan segenap ketulusan hati dan keikhlasan mereka.
Di pertengahan semester pendek, saya
melaksanakan KKN di desa Sumberejo, Semin, Gunungkidul. Pandangan awal sebelum
mengikuti KKN, saya merasa apa saya bisa ya. Tetapi ternyata saya diterima baik
oleh teman-teman KKN (Budi, Ajar, Esti, Perdin, Ardiat, Ria, Ika, Dewi, dan
Aya) dan segenap warga Pakel (pak Lurah, pak Carik, mbah Pantak, mas Yadi,
dll). Dengan keterbatasan saya, tidak membuat program KKN menjadi jelek karena
pandangan dulu kalau KKN ya kerja bakti buat jalan, mushola, gapura, dan yang
berat-berat. Ternyata tidak seperti itu, tidak semua harus kerja fisik, tapi
yang terpenting kerja otak. Masyarakat Pakel sangat baik, mereka tidak menuntut
kepada kami yang aneh-aneh dan mengada-ada. Alhamdulillah berkat dukungan dari
semua pihak, saya dapat menyelesaikan program KKN dengan baik dan mudah-mudahan
masyarakat terkesan. Program saya memang tidak ada yang memerlukan kerja fisik,
tetapi hanya kerja otak dan proses lobi yang baik. Mungkin saya mempunyai
program yang lebih banyak daripada mereka karena untuk menutupi kekurangan saya.
Program saya seperti bazar, pembentukan posyandu lansia, pembentukan
perpustakaan, tabungan anak-anak, sosialisasi pembukuan di kelurahan, bakti
sosial, dan berbagai program penyuluhan. Saya melakukan lobi-lobi keberbagai instansi
pemerintahan dan akhirnya disetujui. Lobi ke Puskesmas, Kapedal, Dinas
Pendidikan, Kantor Perpustakaan Daerah, Badan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Perempuan, Bawasda, dan Pasar. Alhamdulillah mereka membantuku dengan segenap
keikhlasan dan ketulusan hati. Coba kalau memakai ongkos, sudah berapa yang
harus saya keluarkan. Mereka rela dengan ikhlas meluangkan waktu dan tenaga
untuk membantu dalam menyukseskan program KKN saya. Jalinan silaturahmi itu
sangat penting untuk menjaga hubungan baik kita dengan orang lain karena tidak
semuanya bisa dibeli dengan uang dan kita didunia hidup dengan orang.
Pengobatan keliling yang harusnya tidak berada di dusun tempat KKN, rela
dipindahkan lagi kesitu, padahal bulan lalu sudah mengunjungi dusun itu.
Dagangan pasar yang seharusnya dijual dipasar, rela saya angkut ke lokasi KKN
untuk program Bazar. Pembicara penyuluhan yang harusnya libur tujuh belasan,
rela datang untuk memenuhi undangan saya. Senam minggu pagi yang harusnya
instruktur masih tidur, rela saya ajak kelokasi untuk mengajari senam. Kalau
tidak dengan lobi yang bagus, mana mungkin mereka mau dengan ikhlas.
Teman-temanku yang selalu membantuku untuk
menjalankan program KKN saya, tulus dalam berbuat. Antusiasme warga sangat
tinggi untuk mendukung program-program KKN saya. Pengabdian kepada masyarakat
itu penting agar kita dapat diterima menjadi anggota masyarakat itu dan
mengaplikasikan ilmu yang telah kita dapatkan dibangku kuliah untuk kebaikan
dan kesejahteraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tanggal
30 Juni 2011, saya mengikuti upacara yudisium di FISE UNY yang berarti saya
pada hari itu resmi lulus menjadi sarjana S1 Akuntansi, FISE, UNY. Jadwal wisuda tanggal 10
September 2011, saya akhirnya diwisuda. Teman-teman saya sudah banyak yang
kerja, sahabat saya tercinta Sigit bekerja di Alfamart Makasar
dan Panji di Bank Semarang.
Saya bingung akan kerja atau melanjutkan kuliah S2 atau kuliah PPA.
Kalau kerja ya kerja apa?
Orang tua saya mendukung apa yang akan saya putuskan. Setelah saya
pertimbangkan secara matang dan solat Istiqarah maka saya berkeinginan untuk
melanjutkan kuliah S2 karena saya berpikir bahwa pikiranku
yang lebih penting daripada fisikku. Dengan diantarkan ayah, saya melihat-lihat universitas yang membuka S2
Akuntansi. Pada tanggal 2 Desember 2011, saya mencoba mendaftarkan diri untuk
kuliah S2 Akuntansi
di UGM. Tanggal 10 Desember 2011, saya mengikuti ujian AcEPT dan PAPS di
Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Tanggal 29 Desember 2011, saya menempuh ujian tertulis dan
wawancara di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UGM. Tes dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.30. Dalam
tes wawancara dengan pak Prof Slamet Sugiri, saya diberi pertanyaan yang
intinya kuliah S2 di UGM itu berat dan sulit, lalu saya menjawab bahwa dibalik
kesulitan ada kemudahan karena itu janji Allah dalam Al Qur’an. Dalam waktu tes tertulis, kondisi saya dalam keadaan
pusing sekali, tetapi saya tetap fokus dalam mengerjakan. Awal Januari
diumumkan hasil seleksi. Saya hanya yakin kalau itu ya ng
terbaik untuk saya, Allah akan menunjukkan jalannya. Ternyata saya telpon ke
bagian Admisi Magister Sains dan Doktor FEB UGM, saya diterima dengan syarat.
Alhamdulillah akhirnya Allah mengizinkan saya kuliah di UGM walaupun dengan syarat. Saya
diterima menjadi mahasiswa S2 Magister Sains Akuntansi FEB UGM dengan syarat
selama 2 semester harus sudah memenuhi skor PAPS dan AcEPT. Waktu ini PAPS saya
baru mendapat skor 467 padahal syarat minimal harus memenuhi skor 500 dan skor
AcEPT saya baru 202 padahal syarat minimal harus mendapatkan skor 209. Setelah
mendapat pengumuman itu, saya langsung menghubungi guru-guru les saya dulu
untuk mengikuti les privat lagi yaitu matematika dan bahasa inggris. Saya
mengikuti les matematika ke rumah bu Endang dan bahasa inggris ke rumah pak
Barnabas. Selama satu bulan penuh saya harus mengikuti les matematika dan
bahasa inggris setiap hari. Untung waktu itu belum masuk kuliah sehingga agak
lebih santai dan fokus pada tes PAPS dan AcEPT. Setelah saya di bimbing dalam
les matematika dan bahasa inggris, saya mencoba untuk mengikuti tes PAPS dan
AcEPT lagi di Fakultas Filsafat. Selain mengikuti les privat, saya juga
memperbanyak solat Dhuha, Hajat, dan Tahajut serta tidak lupa puasa senin
kamis. Akhirnya tes PAPS berhasil meraih skor 533 namun tes AcEPT malah turun
menjadi skor 181. Hal itu tetap disyukuri, mungkin Allah menyuruh saya untuk
senang dan tekun dalam belajar bahasa inggris. Les matematika sudah saya
hentikan tetapi les bahasa inggris terus saya ikuti. Tanggal 18 Februari 2012,
saya menempuh tes AcEPT lagi, dengan hasil naik 1 menjadi 182. Tepat hari senin
tanggal 20 Februari 2012, saya masuk kuliah pertama di MSc FEB UGM dengan mata
kuliah Sistem Teknologi Informasi. Pada waktu itu semangat saya berkobar-kobar
karena saya bisa kuliah S2 di UGM yang mana idaman saya sejak akan masuk S1.
Ternyata Allah telah mengabulkan doa saya yang dulu yaitu ingin kuliah di UGM.
Dulu Allah belum berkehendak saya kuliah S1 di UGM tetapi sudah dipersiapkan
oleh Allah Universitas yang terbaik untuk saya yaitu UNY tanpa tes. Setelah saya
cermati ternyata Allah menyuruh saya untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan
dunia perkuliahan atau kampus. Terbukti waktu saya masuk kuliah pertama S2 di
UGM dengan semangat yang tinggi, tiba-tiba semangat saya langsung turun drastis,
saya mau nangis, saya pusing sekali, pikiran saya sudahlah tidak akan melanjut
lagi. Waktu pertama masuk disuguhi dengan artikel tebal berbahasa inggris dan
buku paket sangat tebal juga berbahasa inggris. Kami ber-16 mahasiswa disuruh
mereview artikel dan buku itu. Saya yang mempunyai kemampuan berbahasa inggris
sangat kurang dan hampir tidak suka dengan bahasa inggris menjadi stress berat.
Ba’da Maqrib kuliah perdana selesai, saya dijemput oleh orang tua. Diperjalanan
saya curahkan unek-unek saya kepada orang tua. Untung orang tua saya sangat
bijak, beliau memotivasi saya dengan panjang lebar, Alhamdulillah semangat saya dari drop, sedikit demi sedikit mulai
beranjak naik. Terus saya mampir ke fotokopian untuk mengeprint semua artikel
yang diberikan oleh dosen untuk materi kuliah selama satu semester. Keesokan
harinya, saya mencoba untuk membaca artikel itu dengan dikelilingi kamus bahasa
inggris. Saya berusaha mengerjakan sedikit demi sedikit, itu menimbulkan
perasaan senang untuk membaca teks berbahasa inggris. Kuliah berikutnya
ternyata sama menggunakan buku berbahasa inggris tetapi para dosen senantiasa
memotivasi kami untuk bisa tetap bersemangat. Pak Sumiyana berkata: membaca
artikel ini pertamanya mual-mual bahkan muntah-muntah tetapi lama kelamaan akan
terbiasa dan kecanduan, kuncinya membaca artikel adalah baca dan terus baca. Pak
Ertambang berkata: orang Indonesia itu cerdas-cerdas tidak kalah dengan orang
luar negeri, yang penting membaca terus menerus. Pak Prof Abdul Halim berkata:
kalian harus banyak membaca supaya harga kalian menjadi tinggi dan mahal dan
harus lebih hebat daripada saya karena kalian masih muda. Pak Prof Zaki
berkata: kalau membaca teks berbahasa inggris itu baca terus walaupun tidak
tahu artinya, 1 kali belum paham 2 kali, jika belum paham lagi 3 kali 4 kali 5
kali dan seterusnya sampai kalian paham isi bacaan itu. Banyak lagi
motivasi-motivasi dari beliau yang tidak bisa saya tuangkan kedalam artikel
ini. Intinya dari keempat dosen itu adalah membaca dan terus membaca. Hal itu
sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yang turun pertama kali yaitu ‘Iqro’
yang artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu”. Mulai sekarang saya sudah agak
terbiasa dengan bahasa inggris karena memang bahasa inggris adalah bahasa
internasional. Dulunya saya sangat benci dengan bahasa inggris karena sulit bahkan
lebih daripada matematika sehingga dari UNAS SMP saya mendapat nilai 5 dan UNAS
SMA saya mendapat nilai 6. Sekarang saya disudutkan mau tidak mau, bisa tidak
bisa, saya harus mempelajari dan menggunakan bahasa inggris. Tes AcEPT saya
tempuh sebanyak 5 kali sehingga mengharuskan saya setiap bulannya mengikuti tes
itu dan Alhamdulillah sekarang sudah
mendapatkan skor 224. Hal itu tidaklah berakhir untuk mempelajari bahasa
inggris karena referensi kuliah S2 semuanya memakai bahasa inggris.
Mudah-mudahan dengan artikel ini dapat menjadi kunci awal saya untuk dapat
berguna dan bermanfaat bagi kehidupan ini dalam hal kebaikan karena jika fisik
saya kemungkinan kurang bermanfaat disebabkan adanya keterbatasan, maka saya bercita-cita
semoga pikiran saya dapat berguna dan bermanfaat bagi semuanya dalam hal
kebaikan di kehidupan saya pribadi, masyarakat, bangsa, agama, dan alam ini.
Amin Ya Robbal Alamin.
Kehidupan
ini untuk menjalankan kebaikan sehingga berguna dan bermanfaat bagi semuanya.Didunia
ini tidak akan kekal sehingga harus diisi dengan baik agar tidak menyesal.
Allah berfirman didalam QS. Al Baqarah
ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. Didalam Q.S. Ar. Ra’d ayat 11 juga disebutkan bahwa
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum. Sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia”. Dua ayat tersebut adalah motivasi terbesar dalam
hidupku. Mungkin saya punya orang tua yang begitu sayang kepadaku tapi saya
berpikir tidak mungkin orang tuaku antar jemputku setiap hari sehingga saya
harus berani naik bis apapun resikonya. Mungkin sahabat-sahabatku bisa membantu
menuliskan catatan atau meminjami catatannya tapi aku berpikir dalam ujian
tidak mungkin sahabat-sahabatku mau menuliskan sehingga aku harus rajin dan
tekun belajar supaya otakku terisi untuk bisa menjawab soal-soal dalam ujian
agar waktu ujian saya tinggal menulisnya dikertas. Guru dan dosen saya walaupun
sering membantuku dalam belajar, mana mungkin waktu ujian beliau akan bersedia
membantuku. Itu semua menuntutku untuk berusaha mandiri, walaupun dengan keterbatasan.
Nyatanya saya bisa merubah nasibku sendiri dan Allah meridhoi sekaligus
membantuku dalam setiap langkahku. Coba kalau saja saya hanya menyesali dan
mengantungkan hidupku ini kepada orang lain, mungkin saya malah semakin
terburuk dan menjadi hamba yang merugi. Motivasi lagu Jangan Menyerah D’Masiv
selalu ku ingat: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani
hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukan kebesaran dan
kuasanya bagi hambanya yang sabar dan tak pernah putus asa. Syair lagu itu
memang benar dan saya mengalaminya dengan nyata. Kita diwajibkan untuk bersabar
dalam menghadapi kehidupan ini. Tapi ya memang berat dan harus kuat. Didalam Q.S. Ali Imran ayat 139 yang berbunyi
“Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman.” Berarti jelas dimata Allah,
bukan kesempurnaan fisik, bukan tingkat jabatan, bukan harta bendanya, bukan
cantik tampannya, tetapi keimanannya yang membedakan manusia satu dengan
manusia lainnya. Manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah manusia yang
beriman. Jadi saya tidak boleh mider
apalagi depresi dengan keadaan saya seperti ini karena Allah melihatnya dari
tingkat keimanannya. Oleh karena itu, saya mengajak agar kita tidak saling
mengolok-olok karena bisa jadi yang kita olok-olok lebih baik daripada kita. Saya
berharap artikel ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk bisa menjalani
kehidupan dengan niatan yang baik, tidak mudah menyerah dan putus asa, selalu
sabar dalam menjalani kehidupan, ingat kepada Yang Maha Tinggi dan yang
terpenting saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia. Kita hidup
didunia ini harus selalu beribadah secara vertikal yang langsung kepada Allah
dan horisontal dengan berbuat baik kepada sesama. Saya senantiasa untuk selalu
menjalankan solat wajib lima waktu, membaca Al Qur’an,
berpuasa, solat Dhuha dan Hajat, dan sekarang ini, saya selalu bersilaturahmi
ke berbagai sanak saudara, kerabat dan para kyai haji atau tokoh agama dengan
tujuan mempererat tali silaturahmi diantara kita dan memohon doa restu semoga
kuliah S2 Akuntansi saya dapat berjalan dengan sukses dan lancar, saya segera
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya dan saya segera
dipertemukan dengan jodoh saya yang mau menerima saya apa adanya sehingga saya
segera mendapatkan keturunan yang sholeh dan sholehan dan yang membahagiakan.
Amin Ya Robbal Alamin....
Sebagian kebiasaan-kebiasan saya
semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari menuju kesuksesan disegala hal, misalnya:
1.
Saya biasanya jika akan ujian apapun
selalu memohon doa restu kepada orang tua, saudara, guru, para ustad dan yang
lain, walaupun hanya melalui SMS, contohnya: “Maaf bapak, saya mohon doa restu
karena pada hari ini saya akan menempuh ujian mid semester teori akuntansi
semoga saya selalu diberi kesuksesan dan kemudahan dalam mengerjakan dan
mendapatkan hasil yang terbaik dan membahagiakan. Amin Ya Robbal Alamin.
Sungkem dari Risma Wira Bharata”. Hampir semua SMS saya selalu dibalas oleh
para penerima SMS dan saya yakin jika beliau tidak sempat membalas, saya
berkeyakinan SMS saya pasti dibaca, proses membaca SMS itu doa sudah
dipanjatkan.
2.
Saya biasanya cenderung memgugurkan
kewajiban terlebih dahulu, contohnya jika saya ada tugas, biasanya saya selesaikan
dahulu tugas itu kemudian baru saya dalami secara mendalam. Jika saya membaca
pertama kali dibaca secara menyeluruh dahulu baru kemudian membaca yang kedua
lebih cermat lagi dan seterusnya, biasanya 3 kali baca.
3.
Saya biasanya jika tidak dapat mengerjakan
tugas sendiri, maka sering bertanya kepada orang lain yang kompeten
dibidangnya. Saya berprinsip daripada saya menghabiskan waktu untuk hal yang
tidak bisa saya kerjakan, lebih baik bertanya kepada ahlinya.
4.
Saya biasanya membawa buku atau catatan kemanapun
saya pergi untuk mendekatkan diri dengan buku dan jika ada waktu luang bisa
dibaca dimanapun dan kapanpun.
5.
Saya biasanya selalu solat Hajat dan
solat Dhuha setiap hari secara berurutan.
6.
Saya biasanya membaca Al Qur’an setiap
hari walaupun hanya 1 ruku’.
7.
Saya biasanya bersilaturahmi kepada para
sanak saudara, kerabat dan para Kyai Haji atau tokoh agama untuk mempererat
tali silaturahmi dan meminta amalan doa sehari-hari.
8.
Saya biasanya mengamalkan doa : “
Allahumma Anjahni Fil Imthihan artinya Ya Allah berikanlah saya kelulusan dalam
menghadapi ujian apapun” dari KH Bardan Usman.
9.
Saya biasanya mengamalkan doa : “
Allahumma Laa Sahla Illa Maa Ja’altahu Sahla, Wa Anta Taj’alul Hazna, Idzaa
Syi’ta Sahla artinya Ya Allah, tiada kemudahan kecuali yang Engkau mudahkan dan
bila Engkau kehendaki, kesulitan itu menjadi mudah” dari Bapak H Untung Santoso, MA.
10. Saya
biasanya mengamalkan doa : “ Allahumma yassir umuronaa Wa Balligh Maqshidanaa
Birohmatika Ya Arhama Raahimiin artinya Ya Allah, mudahkanlah urusan-urusan
kami dan sukseskanlah cita-cita kami dengan rahmad-Mu Wahai Allah Yang Maha
Penyayang” dari Bu Khasinah.
11. Saya
diberi pesan oleh KH Sholeh Muslim untuk memperbanyak mengamalkan kalimat :
Iqtifar dan solawat nabi Muhammad SAW, dalam perjalanan saya selalu membacanya.
12. Saya
biasanya jika sudah merasa lelah, maka saya segera tidur daripada saya paksa,
tetapi setelah bangun lalu melanjutkan lagi entah membaca atau mengerjakan
tugas.
13. Saya
biasanya makan-makanan bergizi, minum vitamin dan susu madu secara seimbang dan
rutin untuk menjaga kondisi kesehatan saya supaya tetap fit walaupun
beraktivitas.
14. Saya
biasanya melakukan rekreasi walaupun mungkin hanya minum teh jahe diangkringan,
jalan-jalan pagi atau sore, karaoke, lihat TV, mengobrol dengan orang lain.
15. Dan
yang terpenting seimbangkan usaha dan doa kepada Allah,Insya Allah akan
terkabul
true inspiring story.... mas,,, untuk kisi kisi ujian tulis bidang studi gimana ya?? terima kasih
BalasHapus