AKU
BAGAIKAN SIPUT NABI NUH
Artikel Motivasi Riwayat Revisian 2
Risma Wira Bharata, S.E. (MiMo)
Jeruksari, Wonosari, Gunungkidul
Yogyakarta
Email:
Blog:
rismawira.blogspot.com
Aku
kok bisa seperti ini? Aku kok bisa lulus kuliah S1 Akuntansi UNY ya? Aku kok
bisa melanjutkan S2 Akuntansi di UGM ya? Aku kok bisa menulis artikel ini dan
20-an artikel yang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu juga sering ditanyakan orang
lain. Kok bisa ya? Padahal orangnya seperti itu: Nulisnya lambat, Buyuten, Gregeli, dan Huyak-Huyuk. Kok ya? Saya aja heran,
apalagi anda? Hanya Kuasa-Nya-lah yang Maha Dhasyat yang mengatur kehidupan ini
dan makhluk didalamnya sehingga membuatku seperti ini. Jika saya yang
diciptakan oleh Allah dengan mempunyai keterbatasan, maka saya yakin anda lebih
bisa daripada saya. Sahabat saya yang bernama Wulan berkata kepada saya bahwa
ada sebuah kisah siput Nabi Nuh yang berjalan dengan sangat lambat tetapi dia
tidak pernah menyerah dan putus asa sehingga pada akhirnya sampai ke bahtera
dengan selamat. Dia memotivasi saya supaya tetap bersemangat didalam meraih
cita-cita saya karena semua manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing yang sudah dianugerahkan. Selain Wulan, sahabat saya yang bernama
Sigit berkata bahwa setiap kekurangan seseorang pasti ada kelebihan yang diluar
nalar manusia karena kekuatan Tuhan yang mengatur ini. Jadi kita harus tetap
menjalani kehidupan ini dengan kebaikan karena umur paling lama hanya 1
abad.
Pada waktu mengurus
pembuatan e-KTP di kantor kecamatan Wonosari,saya bertemu dengan guru bahasa
Indonesia saya semasa SMP, bu Anis namanya. Beliau masih teringat dengan wajah
dan stale khas saya. Pertanyaan pertama yang terucap dari bibir beliau adalah “mas,
bagaimana kabarnya dan sekarang lanjut dimana?” Saya menjawab seperti jawaban
pada umumnya yaitu “Alhamdulillah
kabar baik, bu dan saya melanjutkan di Akuntansi UNY”. Lalu beliau bertanya
lagi: “Kuliahnya semester berapa, mas?” Saya menjawab: “Alhamdulillah berkat doa restu ibu, saya sudah lulus”. Beliau
terbengong, lalu beliau mengucapkan: “Alhamdulillah
mas, kamu bisa lulus 4 tahun, padahal belum tentu teman-temanmu sudah lulus
juga”. Saya terus bercerita kepada beliau: “Saya juga tak menyangka bu bahwa
Allah begitu sayang kepada saya. Padahal jika dilihat dari keterbatasan saya
kemungkinan besar saya tidak dapat kuliah karena didalam perkuliahan itu mesti
kita harus menulis dengan cepat, apalagi jika ujian semesteran, kita disuruh
menulis jawaban ujian didalam kertas folio bolak-balik atau 4 halaman dalam
waktu 1,5 jam. Memang jika saya membayangkan pada waktu saya SMP, ibu pasti
mengetahuinya bahwasannya saya sangat lambat dalam menulis. Tetapi bu, kadang
saya bisa menyelesaikan ujian semesteran lebih cepat daripada teman-teman saya
yang lain, padahal sewaktu proses perkuliahan saya juga jarang mencatat catatan
yang diberikan oleh dosen karena ya selalu ketinggalan jika mau mulai mencatat
catatan. Hal itu saya siasati dengan meminjam catatan teman dan memperbanyak
referensi buku pelajaran. Saya menyadari bahwa diri saya kalau dibilang pintar
juga tidak, cerdas apalagi, jenius soyomeneh.
Kata orang-orang, saya itu hanya tekun dan rajin. Memang kayaknya seperti itu,
saya senang dengan membaca. Apalagi kalau mau ujian, seminggu sebelum ujian
saya sudah harus khatam dalam membaca.
Padahal kadang masuk ke otak, kadang juga tidak”. Beliau lalu bilang kepada
anaknya yang masih berumur 7 tahun: “Dik, ini mas-nya walaupun sakit tapi sudah
lulus sarjana dalam waktu 4 tahun dan nilainya bagus-bagus, kamu harus bisa
seperti mas Risma ini ya”. Lalu anaknya bertanya kepada ibunya: “lha sakit apa
mas-nya, bu?”. Ibunya hanya diam, mungkin beliau tidak enak kepada saya.
Istilah sakit juga sering disebutkan kondektur bus. Pada waktu saya mau turun bus,
kondektur bus sering teriak: “Awas-awas orang sakit, pelan-pelan aja”. Padahal
dibus juga banyak penumpang dan mereka terus melihat kearah saya. Itu saja
tidak dalam artian kasar tapi ya dalam hati saya malu, masih muda kok sudah huyak-huyuk (kurang seimbang), bagaimana kalau sudah tua dan apa yang
nantinya yang bisa saya lakukan? Wallahu
Alam, hanya Allah-lah yang mengetahuinya karena Allah yang memilikiku. Semoga
saya dapat semakin sehat dan kuat (Amin
Ya Robbal Alamin), dan wajib saya bersyukur kepada Allah. Saya membaca
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari-Muslim yaitu “Seorang Muslim
yang ditimpa satu penyakit (kesulitan atau kemelaratan), termasuk ditusuk duri
(paku) atau lebih dari itu, maka Allah SWT akan menghapuskan
kesalahan-kesalahannya (dosanya), seperti bergugurannya daun dari pohonnya. Selain
itu, Drs. KH. Haris Masduqi pernah bercerita kepada saya bahwa ada Hadits
Rasulullah SAW yang meriwayatkan seorang muslim yang buta mendatangi Rasulullah
dan dia minta untuk didoakan oleh Rasulullah agar dia tidak buta. Lalu
Rasulullah berkata: “sebenarnya kamu buta karena kehendak Allah yang
menciptakanmu dan jika kamu bisa bersabar dengan keadaanmu maka Allah sudah
mempersiapkan pahala untukmu yang tidak lain hanyalah surga yang penuh
kenikmatan”. Memang sabar itu sangat berat, tetapi sabar merupakan ujian untuk
kehidupan ini. Dalam QS. Al Anbiya’ ayat 35 menerangkan bahwa : “Tiap – tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”. Dari ayat diatas saya meringkas bahwa orang hidup itu akan
selalu diuji terus menerus oleh Allah dalam dua bentuk yaitu penderitaan dan
kesenangan. Ujian dalam bentuk penderitaan yang mengharuskan kita untuk
bersabar dan ujian dalam bentuk kesenangan yang mengharuskan kita untuk tidak
sombong. Dua ujian itu ternyata ditunjukkan oleh Allah secara jelas dalam kisah
saya dibawah ini.
Ada teman saya SD yang
bicaranya sangat kasar. Dia bilang: “Hey...anak cacat, kamu tuh tidak pantas
sekolah di sekolah favourite seperti
ini, kamu tuh pantasnya di SLB dengan teman-temanmu yang juga cacat kayak kamu
itu loh”. Hati siapa yang nggak sakit dibilang kayak gitu. Walaupun saya sakit
bahkan punya keterbatasan, saya juga seorang manusia yang punya hati. Bahkan
hati saya biasanya bisa lebih peka daripada yang lain karena ya mungkin punya
keterbatasan. Mohon maaf saya tidak mau menggunakan kata cacat karena cacat itu
tidak ada didalam Al Qur’an dan tanda kekufuran yang tidak menghargai ciptaan
Allah. Keyakinan saya adalah didunia ini Allah tidak melihat keterbatasan kita
seperti kondisi fisik dan harta benda, namun Allah melihat makhlukNya itu dari keimanan
dan ketaqwaan kepada-Nya. Hal itu sesuai dengan Hadits Rasulullah riwayat
Muslim yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan melihat pada tubuh dan rupamu, tetapi
Allah akan melihat kepada hatimu dan amal perbuatanmu”. Perkataan teman SD saya
sampai saat ini masih saya ingat karena akan saya jadikan bahan agar dapat
membakar semangatku menjadi semakin
berkobar-kobar sehingga tidak akan pernah redup walaupun terkena hembusan angin
kehidupan yang kencang ini. Padahal kalau kita mau melihat didalam Q.S. Al
Hujurat ayat 11 dijelaskan bahwa “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang
diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula
perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain, karena boleh jadi perempuan
yang diolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah kamu memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim”. Selain itu didalam Q.S. Al Humazah ayat 1 disebutkan “Celakalah
bagi setiap pengumpat dan pencela”. Dua ayat diatas sudah jelas bahwa setiap
manusia tidak boleh saling mencela satu sama lain. Dan dalam Hadits Rasulullah
yang diriwayatkan Muslim juga dijelaskan bahwa: “Bukanlah orang mukmin, orang
yang selalu mencela, mengutuk, berkata keji dan berkata kotor”. Padahal
orang-orang yang mengejek saya itu pintar membaca Al Qur’an dan Hadits, tetapi
mungkin tidak tahu isi kandungan yang ada didalam Al Qur’an dan belum
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat saya masuk pertama kuliah
S2 di UGM, saya ketemu dengan teman SD yang sudah mengejek saya itu tepat
didepan gedung Pascasarjana Magister Sains Akuntansi UGM, dia menyapa saya: “Ris,
apa kabar? Ngapain kamu ada disini?”. Saya menjawab: “Mas, kabar saya Alhamdulillah baik, saya sekarang kuliah
disini, mas”. Dia berkata: “S2, Ris?”. Saya menjawab: “Alhamdulillah mas, saya diterima disini tahun ini, lha kamu sendiri
gimana?”. Dia menjawab: “Hebat kamu, Ris, sedangkan aku belum lulus S1 dan
sekarang baru akan mengurus ujian skripsi”. Saya berkata: “Mas, saya doakan semoga
lancar ya, mas”. Dia berkata: “Ya, Ris, makasih ya, semangat Ris”. Saya
berkata: “Ya mas, saling doa mendoakan ya dan memotivasi dalam kebaikan”.
Walaupun saya masih
ingat betul perkataan yang dia ucapkan kepada saya diwaktu SD tetapi saya masih
tetap menjaga hubungan baik dengan dia karena memutus silaturahmi itu adalah
perbuatan dosa dan saya mengacu pada Hadits Rasulullah riwayat Bukhari yang
menerangkan bahwa: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. Selain itu juga
dijelaskan dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari – Muslim
yaitu: “Janganlah kamu saling bermarah-marahan, berdengki-dengkian, saling
berpaling muka dan bercerai-berai. Tetapi jadilah kamu sebagai hamba-hamba
Allah yang bersaudara. Dan tidak dibolehkan bagi seorang Muslim tidak bertegur
sapa dengan saudaranya (sahabatnya atau kawannya) lebih dari tiga hari”. Namun
mengapa saya kalau disuruh melupakan kejadian semasa SD belum bisa ya? Sahabat
saya Sigit berkata: “Ris, kamu bayangkan sebuah paku yang sudah menancap di
kayu, apakah jika paku itu dicabut dari kayu, tidak akan meninggalkan bekas,
pasti kayu itu ada bekas pakunya, sama halnya dengan hati manusia”. Jadi
menurut saya jika hati sudah terlanjur terluka maka sulit untuk mengobatinya,
tetapi kita juga tidak boleh merasa dendam kepada orang yang telah menyakiti
kita. Mario Teguh berkata: “Serahkanlah orang itu kepada Allah karena Allah-lah
yang akan menyadarkan dia menjadi lebih baik dengan cara Allah sendiri.
Janganlah kamu membalas perbuatan jahat orang lain karena hanya akan menimbulkan
pertengkaran dan rasa dendam”. Dengan nasehat-nasehat itu, saya menyerahkan
kepada Allah semua perbuatan yang dilakukan orang kepada diri saya baik itu
terpuji maupun tercela karena Allah-lah yang kuasa memberikan ganjaran baik
berupa pahala ataupun siksa. Saya tidak tahu apakah dia masih ingat dengan
perkataan yang pernah dia ucapkan kepada saya semasa SD, ataukah tidak.
Bagaimana perasaan dia jika ingat apa yang dikatakannya sewaktu SD yang
menganggap dia paling hebat dan selang 15 tahun dia ketemu saya tepat didepan
gedung kuliah S2 saya dan dia sendiri belum lulus S1-nya. Kuasa Allah-lah
peristiwa itu terjadi yang menunjukkan janji Allah dalam firman-Nya dan Hadits
Rasulullah diatas, janganlah saling mengejek sesama manusia ciptaan Allah
apalagi menghina dan mencela.
Perjalanan kehidupan saya dari kecil hingga
sekarang dibilang cukup berliku, mungkin tidak seperti anak-anak yang lain.
Saya anak pertama dan terakhir dari pasangan Sumaryono, S.Sos., M.Si. dan Dwi
Ismiyati, S.Ip., M.M yang menikah pada tanggal 28 April 1985. Sepasang manusia
menikah dengan tujuan memperoleh keturunan, tapi sayang pasangan ini harus
bersusah payah dalam merealisasikan tujuannya. Berobat kepada dokter spesialis
kandungan Broto, dijalaninya (sehingga nama belakang saya Bharata). Setelah
menunggu tiga tahun dengan berusaha dan senantiasa tidak henti-hentinya untuk berdoa
mendekatkan diri kepada Allah sehingga akhirnya Allah mengabulkan seorang momongan.
Tepat tanggal 30 April
1988, lahirlah seorang bayi mungil dengan berat 2,8 kg di Rumah Bersalin “Kasih
Ibu” dengan pertolongan bidan Warti. Bayi itu keluar dari rahim ibunya dengan
tanpa ditandai merduan tangisan. Lumuran darah yang menyelimuti bayi itu
dibersihkan dengan mandian alkohol, seketika itu bayi mungil bernyanyi dengan
merdu dan kencang. Perasaan bahagia menyeliputi kedua orang tuanya. Jari tangan
dan kaki dihitung tepat genap 5, yang lain diperhatikan sempurna. Alhamdulillah sujud syukur dipanjatkan
kehadirat Allah. Bayi mungil itu dirawat dengan penuh kasih sayang. Pada usia 1
tahun, saya terkena plek paru-paru
sehingga harus mengkonsumsi obat selama 2 tahun. Pada saat seharusnya sudah
dapat berjalan, saya belum mulai menampakan tanda-tanda berjalan, saya baru
bisa berjalan pada usia 2 tahun, itupun sehabis diterapi terlebih dahulu.
Setelah diterapi saya bisa berjalan. Diusia TK saya kelihatan berjalan jinjit. Tetapi masih bisa sekolah di TK
Dharma Bhakti dalam asuhan bu Kartinem. Lulus dari TK selama 3 tahun, akhirnya
diterima di SDN Wonosari V pimpinan pak Sunarto. Sewaktu SD saya sering diejek
teman saya karena orangnya bodoh, nulisnya lambat, dan huyak-huyuk. Kata guru SD, saya itu bodoh karena nulisnya lambat
sehingga untuk ujian dan menulis catatan tidak pernah rampung. Berawal dari situ dan jalannya yang gruyah-gruyuh, orang tuaku membawaku ke dokter anak Nartini di
Basen, Kotagede. Oleh dokter itu dirujuk ke fisioterapi bu Rais Bulaksumur UGM.
Selama hampir 20 tahun saya selalu menjalankan fisioterapi. Kondisi waktu itu
tidak seperti sekarang ini. Setiap habis kantor, orang tuaku selalu mengajakku
fisioterapi dengan naik bus. Hujan panas tidak membuat kami mengeluh. Orang
tuaku masih tetap sayang kepadaku. Alhamdulillah
saya diberi orang tua yang sangat luar biasa. Padahal saya hanya anak tunggal. Pikiran
normal manusia yang terlintas apa yang bisa dibanggakan dari anaknya. Tetapi
orang tuaku tidak pernah sekalipun mengeluh. Walaupun harus susah payah dan telaten. Terkadang fisioterapinya
kemalaman sehingga bus sudah tidak ada dan terpaksa naik motor atau mencegat
mobil-mobil yang mau ke Wonosari. Dulu situasinya belum banyak mobil seperti
sekarang ini. Pak nderek numpang dumugi wonosari kata Mama kepada orang
lewat. Suatu hari, fisioterapinya sudah kemalaman sehingga kami terpaksa naik
motor untuk perjalanan pulang dari jogja ke wonosari dengan dihiasi gerimis
rintik-rintik. Pada saat itu jaketpun lupa tidak terbawa, malah mama pas
memakai rok pendek dan harus begagah, dan
jaket ayahpun harus dilepas untuk menyelimuti anaknya. Suasananya sunyi dan
sepi, mobil lewatpun sudah jarang ada. Setiap ada lampu menyala, perasaan kami
sungguh senang. Perjalanan wonosari-jogja yang biasanya ditempuh dalam waktu 1
jam, pada saat itu kami tempuh dalam waktu 2 jam. Ayah sangat pelan dalam
mengendarai karena dalam keadaan licin dan angin yang berhempus sangat kencang.
Setiap ada keramaian, kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Kakek nenek dirumah
hanya mondar-mandir menunggu kedatangan kami sambil berdoa untuk keselamatan
kami. Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB, kami akhirnya sampai dirumah.
Mendengar suara motor prima 85, kakek nenek bergegas membukakan pintu. Kakek
langsung menggendongku untuk menganti pakaianku yang basah kuyub dan
menggosok-gosok badanku dengan minyak tawon, sedangkan nenek pun bergegas untuk
membuatkan teh panas untuk menghangatkan tubuh kami. Waktu terus berjalan,
Allah memberikan sebuah mobil Suzuki Carry tahun 80-an. Alhamdulillah sudah tidak kehujanan dan kepanasan lagi, tidak
desak-desakkan, dan tidak takut kemalaman lagi tapi ya agak boros, yang penting
anakku bisa sehat seperti yang lain, itulah harapan kedua orang tuaku yang
tidak henti-hentinya berdoa semoga aku lekas sembuh sehingga dapat tumbuh
menjadi anak yang sehat, soleh dan berguna bagi keluarga, masyarakat, agama,
bangsanegara. Amin Ya Robbal Alamin.
Kesabaran dan pengorbanan yang besar sudah menjadi ujian bagi orang tuaku
supaya ikhlas dalam menerima anugerah dan karunia yang berupa momongan seorang
putra dari Allah.
Diwaktu meninjak SD
dengan kondisiku yang lambat untuk menulis menyebabkan kompetensiku rendah
sehingga saya dipanggilkan guru les privat dirumah. Setiap hari saya mengikuti
les privat dirumah sehingga waktu bermainpun hilang. Padahal anak seusia itu
baru senang-senangnya bermain. Dengan bantuan guru les privat, bu Anik, bu Sum,
bu Tres dan pak Tunjung yang sangat sabar dalam mengajariku, akhirnya saya bisa
sedikit demi sedikit menaikkan kompetensi saya, ya harus telaten kata bu Anik. Tidak hanya mengasah kompentensi saja, tetapi
saya selalu ditanamkan oleh orang tua untuk selalu beribadah kepada Allah yang
menciptakanku sehingga les membaca Al Qur’an dengan Almarhum pak Sardjono dan
bu Sri, saya lakukan setiap senin dan kamis. Solat Dhuha dan Tahajut tidak pernah
ketinggalan untuk selalu dikerjakan. Teman sedikit demi sedikit mulai ada yang
mau bergaul dengan saya, Irwan sahabatku SD. Kelas 6 adalah kelas yang
menentukan sekolah mana yang akan menerima saya. Lespun semakin diperketat,
mungkin satu hari bisa tiga kali seperti orang minum obat. Guru setia saya pak
Subi, pak Agung dan pak Pur tidak pernah istirahat menggenjot saya agar bisa diterima disekolahan yang terbaik dan
terdekat. Orang tua saya tidak henti-hentinya berdoa bahkan setiap saya ujian
orang tuaku selalu berpuasa sampai detik ini. Akhirnya nilai eptanas murni
tertulis 41,90, terkejut dan terharu kita semua. Bermodal nilai itu dan
pendaftaran SMPN 1 Wonosari masih terbuka lebar, maka saya memberanikan diri
mendaftar di SMPN 1 Wonosari. Saya mendapat urutan 196 dari 240 yang akan
diterima. Hari pertama aman, hari kedua juga aman, dan hari ketiga perasaan
was-was itu ada, orang tuaku mengambil formulir di SMPN yang lain untuk mengantisipasi
hal yang terburuk. Akhirnya saya walaupun dengan nilai ngepres, tetapi di SMPN 1 Wonosari yang notabene paling favourite
di Gunungkidul bisa diterima. Sujud syukur tidak lupa selalu dipanjatkan. SMPN
1 Wonosari persaingan siswanya semakin ketat karena dari berbagai SD di
kabupaten Gunungkidul. Dikelas 1, sayapun menduduki peringkat 38 dari 40 siswa.
Les diberbagai guru harus diikuti supaya saya bisa meraih prestasi. Pak Samsudi
matematika dan pak Danang bahasa inggris rela meluangkan waktunya untuk saya.
Walaupun tidak langsung naik, tetap
disyukuri karena masih dalam lingkup aman artinya rata-rata. Nyatanya saya
tidak pernah tinggal kelas. Selain itu, les BTA (Baca Tulis Al Qur’an) asuhan
pak Warjono dan pak Surono untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan supaya
Allah selalu menyayangiku pun selalu saya ikuti. Perjalanan waktu kelas 3 sudah
harus saya jalani. Walaupun masih aman, tetapi rasa was-was itu ada. Empat guru
les bekerja extra keras, pak Mandono,
pak Sanyata, pak Sumardi dan bu Warsi menelateni saya supaya dapat lulus dengan
nilai yang terbaik. Akhirnya lulus yang ditandai dengan sujud syukur Alhamdulillah dengan perasaan
ketar-ketir karena nilai bahasa Inggris dikisaran angka 5. Dengan keyakinan
yang kuat saya beranikan diri untuk mendaftar di SMAN 1 Wonosari pimpinan pak
Mulyoto. Ayah, Mama dan kakak Irfan senantiasa untuk memantau terus naik
turunnya peringkat pendaftar. Perasaan cemas itu semakin nampak pada
detik-detik penutupan pendaftaran karena saya berada diperingkat 208 dari 216
yang diterima. Tuhan selalu mencampuri urusan saya sehingga berkat itulah, saya masih diizinkan
untuk sekolah di sekolah favourite, terbaik
dan terdekat yaitu SMAN 1 Wonosari. Saya
tidak menyangka bahwa saya mulai meraih kesuksesan dengan berbagai prestasi
diperingkat 10 besar. Dikelas 1 tidak lupa kerja keras pak Aris matematika, pak
Imam akuntansi dan pak Taufik kimia yang meluang waktu untuk mengajari saya
diluar jam pelajaran. Berawal dari kompetensiku yang mulai menonjol karena
terus menerus digali, iklim pertemanan sudah mulai sejuk yang ditandai dengan
banyak yang mendekatiku, Hendri dan Onygus sahabatku yang sejati. Memasuki
kelas 11 yang harus menentukan pilihan jurusan yang akan dijalani, sayapun
bimbang. Orang tua menghendaki saya memilih jurusan IPA yang mana idaman mama
supaya anaknya menjadi seorang dokter. Namun melihat bakat dan kemampuanku,
jurusan IPS yang lebih sesuai. Maaf mama, saya tidak bisa memenuhi harapan mama
untuk menjadi seorang dokter, semoga nantinya saya mendapatkan isteri yang
berprofesi sebagai seorang dokter dan yang paling penting mau menerimaku apa
adanya, sholehah dan terbaik untukku dan orangtuaku. Seandainya saya dan isteri
saya bukan dokter, mudah-mudahan anak saya atau cucu mama yang menjadi dokter.
Saya selalu berdoa semoga segera dipertemukan dengan jodohku sehingga segera
menikah muda dan mempunyai keturunan yang tergolong orang-orang yang berilmu,
penuh kebaikan dan senantiasa beramal sholeh sehingga bermanfaat bagi semua. Amin Ya Robbal Alamin.
Pada waktu pemilihan
jurusan, bu Lasmi menyetujui saya masuk IPS walaupun beliau juga menyarankan
saya untuk masuk IPA dengan alasan IPS itu banyak mencatatnya daripada IPA
padahal nilai saya memenuhi untuk masuk IPA. Tetapi saya mempunyai keyakinan
sendiri dan bakat saya ada di IPS. Masuk jurusan IPS yang agak mengecewakan
mama pun dijalani. Disana saya ternyata berhasil menduduki peringkat 3 besar,
kekecewaan mama pun agak terobati. Di kelas 12, saya mulai agak aman tapi yang
masih menjadi momok tetap bahasa Inggris.
Les privat bahkan pernah jam 12 malam tetap dijalani bersama pak Barnabas karena
untuk menghindari hal yang terburuk yang akan terjadi jika tidak diantisipasi.
Nilai bahasa Inggrisnya pun jatuh dalam kisaran angka 6, hal itu tetap
disyukuri dengan didukung yang lain yang masih tinggi. Dengan demikian, perjalanan
saya menuju ke perguruan tinggi masih bisa lancar. Bu Lasmi dan bu Nasikah
mengirimkan nilai rapot saya kepada lima perguruan tinggi dijogja. Alhamdulillah semua diterima tanpa tes
yaitu UNY, UII, UPN, Sadhar, dan Poltekes. Berdasarkan petunjuk ibu Lasmi, saya
memilih untuk kuliah di UNY. Coba kalau saya masuk IPA walaupun kemungkinan saya bisa mengikuti pelajarannya tapi mungkin saya tidak
bisa meraih posisi 3 besar dan harus mengikuti ujian SPMB.
Hal
itu harus disyukuri karena Allah yang memilihkan sesuai dengan kebutuhan saya
bukan hanya keinginan saya belaka. Cita-cita saya sebenarnya berkeinginan kuliah di UGM. Try out – try out ujian masuk UGM, saya ikuti setiap minggu, bangun pukul 4 pagi, berangkat
ke
Jogja,
pulang pukul 7 malam
dan selama 3 bulan, tidak membuat saya lelah dan mengeluh. Seleksi PBS pun saya ikuti dan ujian UM UGM saya
tempuh. Dengan penuh
harapan dapat kuliah di UGM, solat Hajat, solat Tahajut, dan solat Dhuha
semakin sering dan giat. Walaupun usaha dan doa sudah saya lakukan tetapi Allah
belum mengizinkan saya untuk menempuh kuliah S1 di UGM. Ternyata Allah telah menyiapkan Universitas
yang terbaik untuk saya waktu itu yaitu UNY tanpa tes.
Selama di UNY, pertama-tama saya
masih
diurutan 2 besar dengan IPK 3,81, tetapi manusia yang dikelilingi setan rasa
angkuh itu muncul. Allah tidak menghendaki saya tersesat dari jalan-Nya karena
Hadits Rasulullah riwayat Bukhari – Muslim menjelaskan: “Maukah kutunjukkan
padamu tentang mereka yang akan menjadi penduduk neraka? Yaitu mereka yang
bersikap kasar (keras), berjalan dengan membanggakan dan bersikap sombong” ,
maka saya diturunkan ketengah-tengah.
Walaupun turun ditengah-tengah yaitu di bawah batas cumlout
namun saya tidak pernah mengulang mata kuliah sehingga waktu luluspun tepat 4
tahun pas. Disana saya sempat menjadi asisten dosen dan aktivis mahasiswa. Di
semester awal saya berkecimpung didunia organisasi mahasiswa. Waktu pulangpun
tak karuan, kadang sampai larut malam dan kadang harus menginap sehingga saya menderita
sakit tifus dan harus dirawat inap di RSUD Wonosari.
Didunia organisasi,
wawasanku bertambah dan kenalanku semakin banyak. Para aktivis saya dekati
untuk mengetahui pandangan mereka tentang suatu hal. Mas Fitra, mas Sigit, mas
Ithok, mas Azis, mas Bambang, mbak Iing, mbak Rara dan yang lain, setia
membimbingku dalam mengenal dunia organisasi kampus. Buku The Magic of Thinking
Big sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakanku dalam melangkah. Tokoh
motivator besar seperti pak Mario Teguh sering menginspirasiku sehingga kadang
saya kekampus memakai jas karena ya juga pas musim dingin. Di semester
pertengahan, saya abdikan untuk membantu dosen, istilah bekennya asisten dosen.
Saya membantu mengumumkan pemberian tugas dan mengoreksi jawaban ujian dan
tugas-tugas mahasiswa. Itu sudah membuat saya senang karena dapat membaur
bersama dosen-dosen dan para
aktivis
mahasiswa. Saya berpedoman dengan lagu Opick: Berkumpul dengan orang-orang yang
sholeh. Alangkah betapa bahagianya jika saya bisa seperti mereka, pak bu dosen,
mudah-mudahan Allah meridhoi saya menjadi seorang dosen Akuntansi yang berpendidikan
doktor dan berpangkat profesor Akuntansi yang ilmunya dapat berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan dalam hal kebaikan sehingga bisa mengobati kekecewaan
mama. Amin Ya Robbal Alamin. Semua
dosen di Akuntansi UNY merupakan sosok yang selalu membantuku dalam
perkuliahan. Bu Indah setiap permasalahan ada solusinya dihadapan beliau. Bu
Mimin seorang dosen yang membaur dengan kami. Bu Rini pembimbingku yang
mengarahkanku dengan sabar. Bu Isroah yang mengajariku tentang arti kehidupan
ini. Pak Mahendra yang menyempurnakan skripsiku menjadi sangat menarik. Pak
Sochih dan pak Pardiman yang selalu mengayomi dan memberikan petuah-petuahnya.
Prof Rochmad Wahab, Prof Dardiri, dan Prof Aliyah yang mendoakanku agar cepat
selesai. Mas Endra yang menjadi penyemangat dalam kehidupanku, dan yang lain-lain yang tidak dapat saya
sebutkan disini. Sahabatku tercinta Sigit dan Panji, dua orang yang menjadi
Malaikat bagi saya sewaktu kuliah S1, membantuku dan berperan selayak saudara
kandungku. Saya bisa seperti sekarang ini tidak terlepas dari yang pertama
Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih kepadaku. Kedua orang tuaku is the best dan yang ketiga peran dari
orang-orang yang selalu membantuku diwaktu saya membutuhkan, menghiburku disaat
aku bersedih, mendoakanku agar berhasil meraih mimpi, yang memberi cinta kasih
dan sayangnya kepadaku dengan segenap ketulusan hati dan keikhlasan mereka.
Saya hanya dapat berdoa semoga mereka semua yang telah berperan dalam
kehidupanku akan mendapatkan ganjaran pahala kebaikan yang setimpal dari Allah.
Di pertengahan semester
pendek, saya melaksanakan KKN di desa Sumberejo, Semin, Gunungkidul. Pandangan
awal sebelum mengikuti KKN, saya merasa apa saya bisa mengikuti KKN, tetapi
ternyata saya diterima baik oleh teman-teman KKN (Budi, Ajar, Esti, Perdin,
Ardiat, Ria, Ika, Dewi, dan Aya) dan segenap warga Pakel (pak Lurah, pak Carik,
mbah Pantak, mas Yadi, dll). Dengan keterbatasan saya, tidak membuat program
KKN menjadi jelek karena pandangan dulu kalau KKN ya kerja bakti buat jalan,
mushola, gapura, dan yang berat-berat. Ternyata tidak seperti itu, tidak semua
harus kerja fisik, tapi yang terpenting kerja otak. Masyarakat Pakel sangat
baik, mereka tidak menuntut kepada kami yang aneh-aneh dan mengada-ada. Alhamdulillah berkat dukungan dari semua
pihak, saya dapat menyelesaikan program KKN dengan baik dan mudah-mudahan
masyarakat terkesan. Program saya memang tidak ada yang memerlukan kerja fisik,
tetapi hanya kerja otak dan proses lobi yang baik. Mungkin saya mempunyai
program yang lebih banyak daripada teman-teman saya karena untuk menutupi
kekurangan saya. Program saya seperti bazar, pembentukan posyandu lansia, pembentukan
perpustakaan, tabungan anak-anak, sosialisasi pembukuan di kelurahan, bakti
sosial, dan berbagai program penyuluhan. Saya melakukan lobi-lobi keberbagai
instansi pemerintahan dan akhirnya disetujui. Lobi ke Puskesmas, Kapedal, Dinas
Pendidikan, Kantor Perpustakaan Daerah, Badan Perlindungan Anak dan
Pemberdayaan Perempuan, Bawasda, dan Pasar. Alhamdulillah
mereka membantuku dengan segenap keikhlasan dan ketulusan hati. Coba kalau
memakai ongkos, sudah berapa yang harus saya keluarkan. Mereka rela dengan
ikhlas meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu dalam menyukseskan program
KKN. Saya suka dengan kegiatan silaturahmi ke berbagai pihak dengan alasan jalinan
silaturahmi itu sangat penting untuk menjaga hubungan baik kita dengan orang
lain karena tidak semuanya bisa dibeli dengan uang dan kita didunia hidup
dengan orang. Pengobatan keliling yang harusnya tidak berada di dusun tempat
KKN, rela dipindahkan lagi kesitu, padahal bulan lalu sudah mengunjungi dusun
itu. Dagangan pasar yang seharusnya dijual dipasar, rela saya angkut ke lokasi
KKN untuk program Bazar. Pembicara penyuluhan yang harusnya libur tujuh
belasan, rela datang untuk memenuhi undangan saya. Senam minggu pagi yang
harusnya instruktur masih tidur, rela saya ajak kelokasi untuk mengajari senam.
Kalau tidak dengan lobi yang bagus, mana mungkin mereka mau dengan ikhlas.
Teman-temanku yang selalu membantuku
untuk menjalankan program KKN saya, tulus dalam berbuat. Antusiasme warga
sangat tinggi untuk mendukung program-program KKN saya. Pengabdian kepada
masyarakat itu penting agar kita dapat diterima menjadi anggota masyarakat itu
dan mengaplikasikan ilmu yang telah kita dapatkan dibangku kuliah untuk
kebaikan dan kesejahteraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tanggal 30 Juni 2011, saya mengikuti upacara yudisium di FISE UNY yang
berarti saya pada hari itu resmi lulus menjadi sarjana S1 Akuntansi, FISE, UNY. Namun jadwal wisuda masih tanggal 30 September 2011. Waktu itu, teman-teman saya sudah banyak yang kerja, sahabat saya
tercinta Sigit bekerja
di Alfamart Makasar dan Panji di Bank Mandiri. Saya bingung akan melamar pekerjaan atau melanjutkan kuliah S2 atau mengikuti
kuliah PPA.
Orang tua saya mendukung apa
yang akan saya putuskan. Setelah saya mempertimbangkan secara matang dan solat Istiqarah maka saya berkeinginan
kuat untuk
melanjutkan kuliah S2 karena saya berpikir bahwa pikiranku
yang lebih penting daripada fisikku. Dengan diantarkan ayah, saya melihat-lihat universitas yang membuka S2
Akuntansi. Saya
sebetulnya tertarik pada universitas-universitas tersebut dan sudah akan
mendaftarkan diri di universitas tersebut. Namun kuasa Allah yang mengerakkan
saya, universitas-universitas tersebut sudah menutup pendaftaran mahasiswa S2
karena saya lupa tidak menyegerakan untuk mendaftar. Kekuatan Allah yang
mengatur semua ini sehingga pada
tanggal 2 Desember 2011, saya mencoba mendaftarkan diri untuk
kuliah S2 Akuntansi
di UGM. Tanggal 10 Desember 2011, saya mengikuti ujian AcEPT dan PAPS di
Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Tanggal 29 Desember 2011, saya menempuh ujian tertulis dan
wawancara di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UGM. Tes dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.30. Dalam
tes wawancara dengan pak Prof Slamet Sugiri, saya diberi pertanyaan yang
intinya kuliah S2 di UGM itu berat dan sulit, lalu saya menjawab bahwa dibalik
kesulitan ada kemudahan karena itu janji Allah dalam Al Qur’an. Seketika itu,
beliau langsung tertawa. Dalam
waktu tes tertulis, kondisi saya sedang masuk angin,
kepala pusing dan perut mual,
tetapi saya tetap berusaha fokus dalam mengerjakan karena sudah
saya persiapkan terlebih dahulu.
Awal Januari diumumkan hasil
seleksi, saya hanya yakin kalau itu yang terbaik untuk saya,
Allah akan menunjukkan jalannya. Ternyata saya telpon ke bagian Admisi Magister
Sains dan Doktor FEB UGM, saya diterima dengan syarat. Alhamdulillah, akhirnya Allah mengizinkan
saya kuliah di UGM walaupun
dengan syarat. Saya diterima menjadi mahasiswa S2
Magister Sains Akuntansi FEB UGM dengan syarat selama 2 semester harus sudah memenuhi
skor PAPS dan AcEPT. Waktu ini PAPS saya baru mendapat skor 467 padahal syarat
minimal harus memenuhi skor 500 dan skor AcEPT saya baru 202 padahal syarat
minimal harus mendapatkan skor 209. Setelah mendapat pengumuman itu, saya
langsung menghubungi guru-guru les saya yang dulu untuk mengikuti les privat
lagi yaitu matematika dan bahasa inggris. Saya mengikuti les matematika ke
rumah bu Endang dan bahasa inggris ke rumah pak Barnabas. Selama satu bulan
penuh saya harus mengikuti les matematika dan bahasa inggris setiap hari
sehabis Maqrib. Untung waktu itu belum masuk kuliah sehingga agak lebih santai
dan fokus pada tes PAPS dan AcEPT. Setelah saya di bimbing dalam les matematika
dan bahasa inggris, saya mencoba untuk mengikuti tes PAPS dan AcEPT lagi di
Fakultas Filsafat. Selain mengikuti les privat, saya juga memperbanyak solat
Dhuha, Hajat, dan Tahajut serta tidak lupa puasa senin kamis. Akhirnya tes PAPS
berhasil meraih skor 533 namun tes AcEPT malah turun menjadi skor 181. Hal itu
tetap disyukuri, mungkin Allah menyuruh saya untuk senang dan tekun dalam
belajar bahasa inggris. Les matematika langsung, saya hentikan tetapi les
bahasa inggris terus saya ikuti. Tanggal 18 Februari 2012, saya menempuh tes
AcEPT lagi, dengan hasil naik 1 menjadi 182. Tepat hari senin tanggal 20
Februari 2012, saya masuk kuliah pertama di MSi FEB UGM dengan mata kuliah
Sistem Teknologi Informasi. Pada waktu itu semangat saya berkobar-kobar karena
saya bisa kuliah S2 di UGM yang mana idaman saya sejak dahulu kala. Ternyata
Allah telah mengabulkan doa saya yang dulu yaitu ingin kuliah di UGM. Pada
waktu itu, Allah belum berkehendak saya kuliah S1 di UGM tetapi sudah
dipersiapkan oleh Allah Universitas yang terbaik untuk saya yaitu UNY. Betapa
bahagianya hati saya, keinginanku telah terpenuhi. Namun sayang, saya mengalami
shock terapi yang hebat dengan terbuktinya perkataan pak Prof Slamet Sugiri
bahwa kuliah di UGM itu berat dan sulit, namun jika kita tekun dan rajin, maka
kita akan dapat mengatasinya. Pada waktu saya masuk kuliah pertama S2 di UGM
dengan semangat yang tinggi, tiba-tiba semangat saya langsung turun drastis,
saya mau nangis, saya pusing sekali, pikiran saya sudahlah tidak akan melanjut kuliah
lagi karena masuk pertama sudah disuguhi dengan artikel tebal berbahasa inggris
dan buku paket sangat tebal juga berbahasa inggris. Kami ber-16 mahasiswa
disuruh me-review artikel dan buku
itu. Saya yang mempunyai kemampuan berbahasa inggris sangat kurang dan hampir
tidak suka dengan bahasa inggris menjadi stress berat. Ba’da Maqrib kuliah
perdana selesai, saya dijemput oleh orang tua. Diperjalanan saya curahkan
unek-unek saya kepada orang tua. Untung orang tua saya sangat bijak, beliau
memotivasi saya dengan panjang lebar, Alhamdulillah
semangat saya dari drop, sedikit demi
sedikit mulai beranjak naik. Saya langsung mampir ke fotokopian untuk mengeprint semua artikel yang diberikan oleh
dosen untuk materi kuliah selama satu semester. Keesokan harinya, saya mencoba
untuk membaca artikel itu dengan dikelilingi kamus bahasa inggris. Saya
berusaha mengerjakan sedikit demi sedikit, itu menimbulkan perasaan senang
untuk membaca teks berbahasa inggris. Kuliah berikutnya ternyata sama
menggunakan buku berbahasa inggris tetapi para dosen senantiasa memotivasi kami
untuk bisa tetap bersemangat. Pak Dr Sumiyana berkata: “membaca artikel ini
pertamanya mual-mual bahkan muntah-muntah tetapi lama kelamaan akan terbiasa
dan kecanduan, kuncinya membaca artikel adalah baca dan terus baca”. Pak Dr
Ertambang berkata: “orang Indonesia itu cerdas-cerdas tidak kalah dengan orang
luar negeri, yang penting membaca terus menerus”. Pak Prof Abdul Halim berkata:
“kalian harus banyak membaca supaya harga kalian menjadi tinggi dan mahal dan
harus lebih hebat daripada saya karena kalian masih muda”. Pak Prof Zaki
Baridwan berkata: “kalau membaca teks berbahasa inggris itu baca terus menerus
walaupun mungkin ada yang tidak tahu artinya, 1 kali belum paham 2 kali, jika
belum paham lagi 3 kali 4 kali 5 kali dan seterusnya sampai kalian paham isi
bacaan itu dan ungkapkanlah dengan bahasa kalian sendiri”. Banyak lagi
motivasi-motivasi dari beliau yang tidak bisa saya tuangkan kedalam artikel
ini. Intinya dari keempat dosen itu adalah membaca dan terus membaca. Hal itu
sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yang turun pertama kali yaitu ‘Iqro’
yang artinya “Bacalah”. Mulai sekarang saya sudah agak terbiasa dengan bahasa
inggris karena memang bahasa inggris adalah bahasa internasional. Dulunya saya
sangat benci dengan bahasa inggris karena sulit bahkan lebih sulit daripada
matematika sehingga dari UNAS SMP saya mendapat nilai 5 dan UNAS SMA saya
mendapat nilai 6. Sekarang saya disudutkan mau tidak mau, bisa tidak bisa, saya
harus mempelajari dan menggunakan bahasa inggris. Tes AcEPT saya tempuh
sebanyak 5 kali sehingga mengharuskan saya setiap bulannya mengikuti tes itu
dan Alhamdulillah sekarang sudah
mendapatkan skor 224. Hal itu tidaklah berakhir untuk mempelajari bahasa
inggris karena referensi kuliah S2 semuanya memakai bahasa inggris.
Kesulitan apapun jika
kita hadapi maka akan menjadi mudah, namun jika kita biarkan terus menerus
kesulitan itu hanya akan menjadi moster yang senantiasa melemahkan diri kita.
Teman-teman saya ber-16 orang saling memotivasi dan saling bantu membantu untuk
proses perkuliahan. Tugas-tugas yang berat akan terasa ringan, jika kita
diskusikan bersama. Tetapi jika menempuh ujian, kita berusaha mengerjakan
sendiri-sendiri. Kekompakkan kami semua dapat menyeselaikan beban berat yang
dihadapi. Kami ber-16 yang terdiri dari Lubab, Monik, Ina, Peni, Gafar, Wawan,
Jono, Eli, Hadi, Kevin, Yoga, Yanu, Wina, Nely, dan Jeni. berpedoman pada
Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu : “Cintailah manusia
sebagaimana engkau mencintai terhadap dirimu sendiri”. Pada waktu pertama kali
masuk kuliah, perasaan kami ber-16 pun sama yaitu merasa berat, namun setelah
kami saling memotivasi dan menjalaninya bersama-sama, perasaan beratpun menjadi
ringan dan menyenangkan. Kuncinya adalah senantiasa berusaha, berdoa dan
bertawakal kepada Allah. Jangan kuatir apapun kesulitan kita pasti ada jalan
keluarnya. Kita tidak hidup sendiri, ada Tuhan dan manusia lain yang bersedia
membantu kita untuk menghadapi semua kesulitan.
Dengan artikel ini,
saya berharap dapat menjadi kunci awal saya untuk dapat berguna dan bermanfaat
bagi kehidupan ini dalam hal kebaikan karena jika fisik saya kemungkinan kurang
bermanfaat disebabkan adanya keterbatasan, maka saya bercita-cita semoga
pikiran saya dapat berguna dan bermanfaat bagi semuanya dalam hal kebaikan di
kehidupan diri saya pribadi, masyarakat, nusa bangsa negara, agama, dan alam
ini. Amin Ya Robbal Alamin.
Allah berfirman didalam
QS. Al Baqarah ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. Didalam QS. Ar. Ra’d ayat 11 juga disebutkan bahwa
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum. Sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia”. Dua ayat tersebut adalah motivasi terbesar dalam
hidupku. Mungkin saya punya orang tua yang begitu sayang kepadaku tapi saya
berpikir tidak mungkin orang tuaku antar jemputku setiap hari sehingga saya
harus berani naik bus apapun resikonya. Mungkin sahabat-sahabatku bisa membantu
menuliskan catatan atau meminjami catatannya tapi aku berpikir dalam ujian
tidak mungkin sahabat-sahabatku mau menuliskan sehingga aku harus rajin dan
tekun belajar supaya otakku terisi untuk bisa menjawab soal-soal dalam ujian
agar waktu ujian saya tinggal menulisnya dikertas. Guru dan dosen saya walaupun
sering membantuku dalam belajar, mana mungkin waktu ujian beliau akan bersedia
membantuku. Itu semua menuntutku untuk berusaha mandiri, walaupun dengan
keterbatasan. Nyatanya saya bisa merubah nasibku sendiri dan Allah meridhoi
sekaligus membantuku dalam setiap langkahku. Coba kalau saja saya hanya
menyesali dan mengantungkan hidupku ini kepada orang lain, mungkin saya malah
semakin terburuk dan menjadi hamba yang merugi. Motivasi lagu Jangan Menyerah
D’Masiv selalu ku ingat: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap
jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukan kebesaran
dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak pernah putus asa. Syair lagu
itu memang benar dan saya mengalaminya dengan nyata. Kita diwajibkan untuk
bersabar dalam menghadapi kehidupan ini. Tapi ya memang berat dan harus
kuat. Didalam Q.S. Ali Imran ayat 139
yang berbunyi “Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman.” Berarti jelas
dimata Allah, bukan kesempurnaan fisik, bukan tingkat jabatan, bukan harta
bendanya, bukan cantik tampannya, tetapi keimanannya yang membedakan manusia
satu dengan manusia lainnya. Manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah
manusia yang beriman. Jadi saya tidak boleh mider
apalagi depresi dengan keadaan saya seperti ini karena Allah melihatnya dari
tingkat keimanannya. Oleh karena itu, saya mengajak agar kita tidak saling
mengolok-olok karena bisa jadi yang kita olok-olok lebih baik daripada kita.
Saya berharap artikel ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk bisa menjalani
kehidupan dengan niatan yang baik, tidak mudah menyerah dan putus asa, selalu
sabar dalam menjalani kehidupan, ingat kepada Yang Maha Tinggi dan yang
terpenting saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia. Kita hidup
didunia ini harus selalu beribadah secara vertikal yang langsung kepada Allah
dan horisontal dengan berbuat baik kepada sesama. Saya senantiasa untuk selalu
menjalankan solat wajib lima waktu, membaca Al Qur’an,
berpuasa, solat Dhuha dan Hajat, dan sekarang ini, saya selalu bersilaturahmi
ke berbagai sanak saudara, kerabat dan para kyai haji atau tokoh agama dengan
tujuan mempererat tali silaturahmi diantara kita dan memohon doa restu semoga
kuliah saya S2 MSi Akuntansi FEB UGM dapat berjalan dengan sukses dan lancar
dan lulus secara cepat dengan nilai yang bagus. Saya segera mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya dan yang terbaik untuk saya
sehingga menjadi orang yang selalu berguna dan bermanfaat untuk semuanya dalam
kebaikan. Saya segera dipertemukan dengan jodoh saya yang mau menerima saya apa
adanya, sholehah dan terbaik untuk saya
dan orang tua saya sehingga segera menikah muda dan segera mendapatkan
keturunan yang sholeh dan sholehan dan yang membahagiakan diri kami semuanya. Amin Ya Robbal Alamin.
Saya menulis artikel ini dengan tujuan memotivasi
sesuai dengan Q.S. Al Baqarah ayat 271 yang berbunyi “Jika kamu menampakkan
sedekah-sedekahmu (dengan tujuan agar dicontoh orang lain bukan untuk ria) maka
itu baik”. Mudah-mudahan dengan artikel ini dapat memberi motivasi kepada para
pembaca dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tolong ambillah kebaikannya
dari artikel ini dan tinggalkanlah kekurangan yang ada didalamnya. Saya memohon
maaf yang sebesar-besarnya seandainya pembaca kurang berkenan dan saya ucapkan
terima kasih banyak atas kesediaan pembaca untuk membaca artikel motivasi saya.
Sebagiaan
kebiasaan-kebiasaan saya semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari semoga kita semua dapat meraih sukses
disegala hal.
1.
Saya biasanya jika akan ujian apapun
selalu memohon doa restu kepada orang tua, saudara, guru, para ustad dan yang
lain, walaupun hanya melalui SMS, contohnya: “Maaf bapak, saya mohon doa restu
karena pada hari ini saya akan menempuh ujian mid semester teori akuntansi semoga
saya selalu diberi kesuksesan dan kemudahan dalam mengerjakan dan mendapatkan
hasil yang terbaik dan membahagiakan. Amin
Ya Robbal Alamin. Maturnuwun Sanget. Sungkem dari Risma Wira Bharata/Mimo”.
Hampir semua SMS saya selalu dibalas oleh para penerima SMS dan saya yakin jika
beliau tidak sempat membalas, saya berkeyakinan SMS saya pasti dibaca dan
proses membaca SMS itu doa sudah dipanjatkan kepada diri saya. Ini sangat
mujarab sekali, disamping berdoa sendiri.
2.
Saya biasanya cenderung mengugurkan
kewajiban terlebih dahulu, contohnya jika saya ada tugas, biasanya saya
selesaikan dahulu tugas itu secara tuntas kemudian baru saya dalami secara
mendalam untuk yang kedua kalinya. Jika saya membaca untuk pertama kalinya,
saya membaca secara menyeluruh terlebih dahulu setelah itu kemudian membaca
yang kedua lebih cermat lagi dan seterusnya, biasanya 3 kali dalam membaca.
3.
Saya biasanya jika tidak dapat
mengerjakan tugas sendiri, maka sering bertanya kepada orang lain yang kompeten
dibidangnya. Saya berprinsip daripada saya menghabiskan waktu untuk hal yang
tidak bisa saya kerjakan, lebih baik bertanya kepada ahlinya sesuai dengan
Hadist Rasulullah riwayat Bukhari – Muslim yang menjelaskan bahwa jika sesuatu
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.
4.
Saya biasanya membawa buku atau catatan
kemanapun saya pergi untuk mendekatkan diri saya dengan buku dan jika ada waktu
luang bisa dibaca dimanapun dan kapanpun.
5.
Saya biasanya selalu solat Hajat dan
solat Dhuha setiap hari secara berurutan secara rutin
6.
Saya biasanya melakukan solat Taubat
untuk selalu menyucikan diri dari dosa dan khilaf.
7.
Saya biasanya membaca Al Qur’an tiap
hari walaupun hanya 1 ruku’ yang berkelanjutan
8.
Saya biasanya bersilaturahmi kepada para
sanak saudara, kerabat dan para Kyai Haji atau tokoh agama untuk mempererat
tali silaturahmi dan meminta amalan doa sehari-hari serta memohon untuk selalu
didoakan semoga saya dapat meraih kesuksesan disegala hal
9.
Saya biasanya mengamalkan doa : “
Allahumma Anjahni Fil Imthihan artinya Ya Allah berikanlah saya kelulusan dalam
menghadapi ujian apapun” dari pak KH Bardan Usman.
10. Saya
biasanya mengamalkan doa : “ Allahumma Laa Sahla Illa Maa Ja’altahu Sahla, Wa
Anta Taj’alul Hazna, Idzaa Syi’ta Sahla artinya Ya Allah, tiada kemudahan kecuali
yang Engkau mudahkan dan bila Engkau kehendaki, kesulitan itu menjadi mudah”
dari Bapak KH Untung
Santoso, S.E., MA.
11. Saya
biasanya mengamalkan doa : “Allahumma yassir umuronaa Wa Balligh Maqshidanaa
Birohmatika Ya Arhama Raahimiin artinya Ya Allah, mudahkanlah urusan-urusan
kami dan sukseskanlah cita-cita kami dengan rahmad-Mu Wahai Allah Yang Maha
Penyayang” dari Bu Khasinah, S.Ag.
12. Saya
diberi pesan oleh KH Sholeh Muslim untuk memperbanyak mengamalkan kalimat : Iqthifar
dan solawat nabi Muhammad SAW, disetiap perjalanan saya selalu membacanya
13. Saya
biasanya jika sudah merasa lelah, maka saya segera tidur daripada saya paksa,
tetapi setelah bangun lalu melanjutkan lagi dalam membaca atau mengerjakan
tugas lain.
14. Saya
biasanya makan-makanan bergizi, minum vitamin dan susu madu secara seimbang dan
rutin untuk menjaga kondisi kesehatan saya supaya tetap fit walaupun
beraktivitas.
15. Saya
biasanya melakukan rekreasi walaupun mungkin hanya minum teh jahe diangkringan,
jalan-jalan pagi atau sore, karaoke, lihat TV, mengobrol dengan orang lain.
16. Dan
yang terpenting seimbangkan usaha, doa kepada Allah, dan tawakal serahkan semua
kepada Allah karena apapun yang terjadi didunia ini adalah kehendak Allah.
Lakukan suatu aktivitas kebaikan sehari-hari hanya karena Allah. Insya Allah
akan segera terkabul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar