Senin, 20 Agustus 2012

Keinginanku Kuliah S-2 di UGM Jadi Kenyataan

http://www.koran-o.com/2012/lelakon/keinginanku-kuliah-s-2-di-ugm-jadi-kenyataan-26838

Keinginanku Kuliah S-2 di UGM Jadi Kenyataan

| |
Setelah lulus SD, Mimo kemudian melanjutkan ke SMP 1 Wonosari. Ia masih bisa mempertahankan diri masuk di sekolah favorit.  SMP 1 Wonosari persaingannya semakin ketat karena dari berbagai SD di Kabupaten Gunungkidul, Mimo sempat berada diperingkat 38 dari 40 siswa. Les pada beberapa gurupun kembali diikutinya. Ia masih mengingat satu persatu guru les yang banyak membantunya, sampai sekarang masih berkomunikasi. Kendala utama Mimo yakni ia masih kesulitan untuk menulis. Syarafnya belum bisa diajak berkompromi untuk menghasilkan tulisan tangan. Kendati dia berusaha keras untuk bisa menulis. Di sekolah dia mendapat dispensasi tidak mengikuti praktik olahraga.
“Saya pernah les itu sampai jam 12 malam. Demi mengejar ketertinggalan, tulisan saya jelek dan biasanya pena yang saya gunakan menulis justru menyobekkan buku,” ujar Mimo sembari menunjukkan salah satu tulisannya.
Mimo sendiri terheran ketika mereview kisahnya. Kata dia, jika dilogika, untuk naik kelas selama SMP saja sudah terasa susah. Akan tetapi ia mampu melakukannya meski bersaing di sekolah favorit seperti SMP 1 Wonosari. Mimo bisa masuk ke SMA 1 Wonosari. “Sejak itu saya mulai giat salat duha, salat hajat dan puasa. Saya selalu mendekatkan diri kepada Allah, saya harus bersyukur karena diberikan kemudahan,” ujarnya.
Di SMA tersebut Mimo mulai mendapatkan angin segar karena iklim pertemanan yang sudah bisa menerima keadaan fisiknya. Banyak teman sudah mulai mendekati dan menjadi sahabat sejati. Akan tetapi jurusan IPA yang menjadi idaman orangtuanya supaya ia menjadi seorang dokter, pupus. Mimo pun memilih jurusan IPS, saat itu ia mampu mengukir prestasi 10 besar.
“Semoga nantinya saya mendapatkan istri yang berprofesi sebagai seorang dokter. Dan yang paling penting mau menerimaku apa adanya, salehah dan terbaik untukku dan orangtuaku. Seandainya saya dan istri saya bukan seorang dokter, mudah-mudahan anak saya atau cucu mama yang menjadi dokter,” imbuhnya.
Sementara saat lulus SMA, disaat banyak siswa yang kesusahan mencari perguruan tinggi, Mimo bisa menjalani tantangan itu dengan diterima sebagai mahasiswa di UNY dengan tanpa tes. Jurusan akuntansi menjadi pilihannya di tahun 2007 silam. Dengan masih kesulitan untuk menulis dan kondisi syarafnya belum normal, kepiawaian Mimo melebihi mahasiswa lainnya. Ia sangat aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Tepat 30 Juni 2011, ia mengikuti upacara yudisium di FISE UNY dan dinyatakan lulus menjadi sarjana S1 Akuntansi, FISE, UNY. “Saat itu jadwal wisuda tanggal 10 September 2011,” kata dia.
Setelah lulus S-1 mimpi Mimo ia ingin menjadi dosen karena sebelumnya sempat menjadi asisten dosen. Oleh karena itulah ia nekat melanjutkan ke S-2.
“Pada 2 Desember 2011, saya mencoba mendaftarkan S2 Akuntansi di UGM. Mengikuti ujian ACEPT dan PAPS, ada ujian tertulis dan wawancara di Fakultas Ekonomi dan  Bisnis UGM. Tesnya itu dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Ternyata awal Januari saya mendapat telepon dari bagian Admisi Magister Sains dan Doktor FEB UGM, saya diterima dengan syarat. Alhamdulillah akhirnya Allah mengizinkan saya kuliah di UGM walaupun dengan syarat,” pungkasnya.
Sunartono (JIBI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar