Minggu, 19 Februari 2012

Hati Alat Kita Untuk Menelpon Allah


Hati Alat Kita Untuk Menelpon Allah

            Manusia hidup karena Allah meniupkan roh untuk menggerakkan tubuh manusia. Didalam tubuh manusia ada segumpal darah yang mana jika segumpal darah itu baik maka seluruh tubuh manusia itu akan baik dan sebaliknya. Segumpal darah itu adalah hati. Ada sebuah pepatah yang berbunyi hati nurani adalah suara Tuhan maka dengarkanlah jika hati nuranimu bicara. Manusia terbentuk dari jasmani/fisik dan rohani/batin. Jasmani/fisik yang berupa tubuh manusia yang secara kasat mata dapat kita lihat. Sedangkan, rohani/bathin berupa roh atau hati nurani yang tidak dapat kita lihat. Baik jasmani maupun rohani harus kita jaga terus-menerus supaya tetap sehat. Kalau tidak kita jaga maka jasmani dan rohani kita akan mudah terkena penyakit. Sehingga ada istilah penyakit hati. Hati manusia itu harus senantiasa terus dijaga supaya tetap dalam kesucian karena hati saya gambarkan sebagai handphone kita untuk menghubungi atau menelpon Allah. Jika kita akan berkomunikasi dengan Allah maka hati nuranilah alat komunikasi yang tepat.
            Hati nurani dapat mendengarkan suara Allah dan dapat pula kita gunakan untuk memohon kepada Allah segala sesuatu. Hati nurani juga seperti handphone yang harus ada sinyalnya sehingga jika sinyalnya kuat maka kita akan cepat dan lancar dalam berkomunikasi dengan Allah tetapi jika sinyalnya lemah maka kita akan lambat dan terputus-putus dalam berkomunikasi kepada Allah. Kuat dan lemahnya sinyal tergantung kita sendiri yang membawa handphone itu. Sinyal yang kuat akan terbentuk jika hati nurati kita tidak terselimuti kabut hitam yang kita buat sendiri. Kabut hitam merupakan penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, kikir, sombong, hasut, dan lain-lain yang intinya adalah sering menyakiti/melukai hati orang lain. Sinyal yang lemah terjadi karena hati nurani kita terselimuti lapisan-lapisan kabut hitam tersebut. Kabut hitam itu akan senantiasa membungkus hati nurani kita secara berlapis-lapis sesuai dengan seberapa parahnya penyakit hati yang kita derita. Seandainya kabut hitam itu semakin tebal maka yang terjadi tidak hanya sinyal kita menjadi lemah namun malah tidak mempunyai sinyal. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 7: Allah telah mengkunci mati hati dan pendengaran orang yang tidak dapat menerima petunjuk, dan penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat.
            Kesimpulannya adalah hati nurani sebagai handphone kita kepada Allah yang mana kita sebagai penentu kuat lemahnya sinyal untuk berkomunikasi dengan Allah. Oleh karena itu, marilah kita mulai sekarang memperkuat sinyal handphone kita yang berupa hati nurani yang terbebas dari kabut hitam yang menyelimuti hati nurani kita sehingga proses komunikasi kita dengan Allah dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Kita harus terbebas dari kabut hitam yang menyelimuti hati nurani kita dengan cara menyembuhkan penyakit-penyakit hati yang ada didalam diri kita. Penyakit-penyakit hati itu obatnya ada didalam diri kita sendiri. Penyakit hati tidak dapat disembuhkan oleh dokter tetapi harus diri kita sendiri dengan dorongan yang kuat untuk senantiasa melakukan kebaikan yang diperintahkan oleh agama dan meninggalkan kejelekan yang dilarang oleh agama. Dengan begitu kita akan terus terjaga dari penyakit hati dan kita akan menjadi hamba yang suci.     






    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar