Minggu, 19 Februari 2012

Rp 20.000 Disedekahkan Mengantarkanku Daftar Haji


Rp 20.000 Disedekahkan Mengantarkanku Daftar Haji
Rukun Islam yang kelima adalah menunaikan ibadah haji. Ibadah haji merupakan idaman bagi semua muslimin maupun muslimat tidak terkecuali diri saya pribadi. Saya adalah anak remaja usia 23 tahun yang masih seorang mahasiswa. Padahal orang yang berhaji mayoritas sudah berumur dan mapan hidupnya. Saya mempunyai niat untuk menjalankan ibadah haji sudah sekitar tahun 2007. Entah kenapa hati saya selalu ingin menjalankan haji, apalagi pada waktu menghadiri pamitan haji atau menjemput orang yang datang dari haji. Kalau dipikir dengan logika manusia, saya belum mampu untuk hal materi. Tapi kenapa nikmat Allah tidak pernah membeda-bedakan hambanya yang mempunyai niatan yang besar karena saya merujuk pada Q.S. Ali Imran ayat 97 yang berbunyi “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah yaitu bagi orang-orang yang mampu (orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalanan pun aman serta keluarga yang ditinggalkan terjamin kehidupannya) mengadakan perjalanan kesana. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya ( tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam)”. Dengan ayat diatas maka saya harus berjuang untuk bisa segera menunaikan kewajiban saya sebagai seorang muslim dan saya berkewajiban menyadarkan diri saya sendiri dan minimal orang tua saya untuk segera menunaikan ibadah haji ke Baitullah karena saya berpikir sudah termasuk katagori mampu pada ayat diatas. Saya harus cepat bertindak sebelum kesempatan dan kenikmatan itu berlalu. Allah telah menyadarkanku dan aku berkewajiban memberitahu tentang kebaikan. Soal terbuka hatinya untuk menerima petunjuk adalah urusan Allah. Mau baca ceritanya bagaimana saya berjuang dan bagaimana saya menyadarkan orang tua saya.  
            Awalnya pada tahun 2007, nenek saya mendaftar haji lewat tabungan Shafa di BPD. Saya orangnya mudah tergiur atau penginan. Sesampai dirumah saya mengajak kedua orang tua saya untuk menabung di tabungan Shafa BPD. Tetapi kedua orang tua saya tidak mau, entah punya alasan sendiri. Padahal saya telah beralasan macam-macam dari pikiran saya yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits, bahkan saya sampai marah-marah, nangis , dan sebagainya. Biasanya kalau saya sudah nangis, kedua orang tuaku menurutinya. Tapi kali ini kedua orang tuaku tidak menurutinya. Akhirnya saya nekat untuk menabung di tabungan Shafa BPD dengan memindahkan uang tabungan saya dari SUTRA BPD ke Shafa BPD sejumlah Rp 500.000,00. Saya terus membujuk kedua orang tua saya dan senantiasa selalu berdoa semoga segera dipanggil untuk haji sekeluarga. Saya juga senantiasa menitipkan doa kepada calan-calon jamaah haji yang akan pergi haji supaya mendoakan saya sekeluarga segera dapat menunaikan haji. Selain itu, saya senantiasa meningkatkan ibadah saya seperti selalu membaca Al Qur’an setiap habis subuh dan maqrib, melaksanakan solat Dhuha, Hajat dan Tahajut, Melaksanakan puasa senin kamis dan sebagainya. Ternyata rezeki Allah untuk mengisi tabungan Shafa terus meningkat. Dengan berbagai jalan Allah memberikan rezeki-Nya. Saya sempat sakit tifus di RSUD karena kelelahan baik pikiran dan fisik. Dibalik sakit saya, Allah memberikan rezeki lantaran orang lain yang menengok saya di RSUD. Saya tiba-tiba mendapatkan arisan BDG, padahal saya nggak pernah membayar (kan yang membayarkan mama). Uang saku saya selalu sisa (hemat pangkal kaya). Uang itu datang darimana saja, sampai-sampai saya nggak bisa menyebutkan asal datangnya. Pada tahun 2010, saya mulai menghitung uang saya di tabungan Shafa BPD. Ternyata sudah terkumpul Rp 10.000.000,00. Saya terus berpikir selama 3 tahun uang saya dari semula Rp 500.000,00 menjadi Rp 10.000.000,00. Saya berpikir kembali berarti seumpama sama kira-kira saya dapat daftar haji sekitar tahun 2014-an karena harus mengumpulkan uang lagi minimal Rp 15.500.000,00. Saya terus terbengong, saya akan dapat darimana uang sebanyak itu. Saya masih kuliah belum bekerja sehingga tidak mempunyai penghasilan. Sehingga kadang saya diejek bahwa saya merupakan pengemis yang selalu menodong orang tua. Mulut saya sambil komat-kamit: ya Allah panggillah keluarga saya untuk memenuhi kewajiban itu dan juga dengan terus membujuk orang tua saya kembali tidak bosan-bosane. Tapi masih belum mau dengan alasan yang sama. Orang-orang sekitar saya baik keluarga maupun teman yang sudah berhaji ikut membujuk karena saya yang menyuruhnya untuk membantu saya ngoyak-oyak. Ternyata masih belum juga mau mendaftar. Lalu saya berpikir kunci utamanya adalah diri saya sendiri. Jika saya sudah mendaftar maka orang tua saya pasti ikut mendaftar. Masak iya saya dibiarkan berangkat haji sendiri. Kan nggak mungkin, tega amat. Akhirnya saya jalani dengan santai karena kalau belum mendapatkan hidayah dari Allah, sulit untuk merubah seseorang sesuai Q.S. Al Baqarah ayat 272 yang berbunyi “Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” Saya hanya bisa memperbanyak doa dan meningkatkan ibadah. Pada tahun yang sama bude Endang mendapatkan arisan haji dan berangkat haji tahun 2015. Wah... itu membuat apiku berkobar-kobar lagi. Di tahun 2010 ini, empat anggota keluarga besarku berangkat menunaikan ibadah haji. Nenek saya dan tante Titik dari keluarga mama serta bude Tini dan sepupu dari keluarga ayah. Saya memohon kepada mereka untuk mendoakan supaya saya sekeluarga segera dapat panggilan haji dan saya memohon supaya kedua orang tuaku dibujuk untuk segera mengikuti jejak mereka. Ditahun yang sama juga saya sekeluarga berniat mengasuh anak yatim piatu dari desa Gelaran. Malam-malam saya sekeluarga menjenguk anak yatim piatu itu. Kehidupannya memprihatinkan karena didalam rumah itu ada 4 anak yatim piatu sekaligus. Saya sekeluarga saling bernegosiasi ingin ikut mengasuh anak yatim piatu itu. Sewaktu saya mau pulang, saya sudah mempersiapkan uang Rp 20.000,00 yang diamplopi. Dengan rasa terharu, saya berikan uang itu kepada keluarganya, saya menyakini Q.S. Al Baqarah ayat 245 yaitu “Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan rezeki dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. Selain itu saya juga menyakini Q.S. Al Baqarah ayat 261 yang berbunyi “Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya dijalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.” Beberapa hari setelah itu tanpa diduga-duga, mama saya bilang: Arep haji kuwi, lha wis duwe duwit piro? (Mau haji itu, kamu sudah punya uang berapa?).  Saya terkejut mendengarkannya. Saya jawab pertanyaan itu dan sekaligus saya ceramah tentang haji kepada mama saya. Akhirnya beberapa hari kemudian, mama bilang lagi: Yo wis, sisane tak tambahi. Waah hatiku tak karuan. Akhirnya selama tiga tahun jihat untuk mengajak menunaikan ibadah haji terkabulkan juga oleh Allah. Kuncinya sudah saya pegang, tinggal membuka pintu. Hati mama sudah luluh, tinggal sekarang menakhlukkan hati ayah. Dengan dahlil apapun, saya menceramahi ayah. Tapi ayah masih belum mau juga. Ayah berkata: koe karo mama disik, mengko aku keri. Maksud ayah adalah saya dan mama dulu yang berangkat haji, nanti ayah yang belakang. Saya berpikir kalau ditunda-tunda, pasti akan ketinggalan. Saya terus bertindak mumpung ada yang nalangi, saya harus mendaftar sekarang juga. Saya mengajak mama untuk segera mendaftar tapi malah diundur-undur. Saya akhirnya mengajak pakde Budi untuk mengantarkan saya mendaftar haji ke kantor Depag. Hari selasa pukul 10.00 WIB, saya berangkat mendaftar haji bersama pakde Budi ke kantor Depag. Sewaktu tiba di kantor Depag, ternyata terlambat 30 menit untuk mengejar kursi tahun 2016. Saya tiba disana, jamaah yang mendaftar pada tahun 2017 sudah ada 12 orang. Terus saya pergi untuk foto sebagai syarat mendaftarkan haji ke foto Eka. Dan setelah satu jam saya kembali ke kantor Depag untuk mengisi formulir pendaftaran, jamaah pendaftar sudah naik menjadi 23 orang. Setelah mengisi formulir pendaftaran, saya pergi ke BPD untuk melunasi tabungan Shafa sebesar Rp 25.500.000,00. Selang dua jam saya kembali lagi ke kantor Depag untuk mengembalikan formulir dari BPD, jamaah pendaftar haji pemberangkatan tahun 2017 sudah mencapai 51 orang. Kenaikannya sangat signifikan dalam kurun waktu yang singkat. Subhanallah, luar biasa minat orang untuk menunaikan ibadah haji. Setelah selesai semua dengan siraman hujan rintik-rintik, saya mengajak pakde Budi untuk makan siang tapi waktunya sudah sore dirumah makan padang. Disitu Allah juga menunjukkan bahwa ibadah itu penuh dengan rezeki karena saya dan pakde malah dibayari orang lain. Alhamdulillah ucap saya. Selang satu hari, mama menyusul untuk mendaftar haji ke kantor Depag. Eh...nggak disangka ayahpun juga mendaftar haji ke kantor Depag, selang tiga hari. Tiba-tiba pulang dari kantor, ayah membawa map hijau dari kantor Depag. Alhamdulillah Allah telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada keluarga saya. Akhirnya doa dan usahaku terkabulkan oleh Allah. Saya dan kedua orang tuaku sudah mendaftar haji untuk pemberangkatan tahun 2017. Selama tiga tahun saya selalu membujuk untuk haji dan selama tujuh tahun saya menunggu pemberangkatan. Jadi selama sepuluh tahun saya harus berdoa dan berusaha. Oleh karena itu, saya mengajak kepada para hamba Allah untuk senantiasa berdoa dan berusahalah semoga Allah segera memanggil kita untuk menunaikan ibadah haji. Rezeki itu datang dari jalan mana aja, asal kita sudah mempunyai niat yang kuat. Saya aja bisa, saya yakin anda lebih daripada saya. Selagi masih muda, selagi masih sehat, dan selagi masih mampu. Saya pernah mendengar ceramah dari orang ustad yang mana jika kita sudah mampu tetapi belum menunaikan haji, maka Allah akan mengambil kemampuannya itu sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, sebelum kemampuan kita yang dikatagorikan telah mampu menunaikan ibadah haji itu hilang begitu saja dengan percuma, maka gunakanlah kemampuan itu untuk menunaikan haji dan perbuatan yang penuh dengan kebaikan. Memang manusia itu sebelum maut menjemput, kodratnya tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Ilmu ekonomi mengatakan kebutuhan manusia tidak ada batasan puasnya tetapi alat pemuas kebutuhan manusia itu yang terbatas. Dengan kondisi yang seperti itu, maka kita wajib mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan. Kalau kita hanya mengejar kepuasan bahkan sampai matipun tidak akan pernah terkejar. Dengarkanlah lagu D’Masiv: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Saya menulis artikel ini dengan tujuan motivasi sesuai dengan Q.S. Al Baqarah ayat 271 yang berbunyi “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu (dengan tujuan agar dicontoh orang lain bukan untuk ria) maka itu baik............” Mudah-mudahan dengan artikel ini dapat memberi motivasi kepada para pembaca untuk segera menunaikan ibadah haji ke Baitullah Mekkah. Ambillah kebaikannya dari artikel ini dan tinggalkanlah kekurangan yang ada didalamnya.                         


















       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar