Minggu, 19 Februari 2012

Lebih Cepat Lebih Baik


Lebih Cepat Lebih Baik
Slogan dari mantan wakil Presiden Jusuf Kalla ini sangat baik digunakan dalam melangkah. Slogan itu berbunyi “lebih cepat lebih baik” disini lebih diartikan jikalau semakin cepat kita berbuat, maka semakin cepat pula kita mengetahui apa kesalahan yang diperbuat, sehingga dapat cepat memperbaikinya. Memang sebagian dari kita selalu menunda-nunda dalam melangkah sehingga kadang kita tidak jadi melangkah. Kita biasanya selalu memperhitungkan dahulu sisi-sisi positif dan negatif. Ada yang bilang “Ora usah kesusu sing penting selamat”. Kalau ada suatu keputusan yang harus dibuat dengan cepat karena kondisinya menghendaki seperti itu. Lalu harus bagaimana? Kita harus bermain hitung-hitungan dulu. Nanti keburu celaka. Mario Teguh berkata “Kesempatan akan terlihat sebagai sebuah kesempatan mana kala kesempatan itu telah hilang.” Kesempatan itu tidak akan datang untuk yang kedua kali. Saya waktu TK harus berpindah-pindah TK, padahal kalau tidak pindah, saya bisa masuk ke SD lebih cepat. Sama halnya dengan waktu saya akan mendaftar haji, kalau saya bisa mendaftar lebih pagi atau bahkan saat diberi talangan, saya akan dapat kursi pada tahun 2016. Hanya terlambat 30 menit, saya mengorbankan 1 tahun. Disaat itu, saya hanya sibuk mondar-mandir tak karuan. Ada cerita juga dari seorang sahabat saya yang saat itu dia masih muda. Dia waktu lulus kuliah langsung ada pembukaan lowongan pekerjaan disebuah perusahaan terkenal dan waktu itu dia juga dipinang oleh pria tampan dan mapan yang sangat mencintainya. Saat itu kesempatan terbuka dengan lebar, pertama dia bisa bekerja diperusahaan terkenal dan ternama karena sudah ada yang mau membantu memasukkan menjadi pegawai disana dan dijamin bisa langsung diterima, dan yang kedua dia bisa segera menikah dengan pria tampan dan mapan itu dan segera mendapat keturunan. Tetapi apa yang terjadi, dia menolak semuanya dengan alasan-alasan yang itu bisa diatasi. Dia tidak mau dibantu untuk masuk menjadi pegawai diperusahaan terkenal dan ternama itu, alasannya dia akan berusaha sendiri. Dia juga menolak menikah dengan pria tampan dan mapan itu karena alasan orang tua si pria itu sombong dan galak. Dengan hasil mengikuti tes penerimaan pegawai diperusahaan terkenal dan ternama itu, dia tidak lolos seleksi. Dan tahun berikutnya, perusahaan terkenal dan ternama itu sudah menghentikan penerimaan pegawai untuk beberapa tahun mendatang. Usianya dari tahun ke tahun pasti bertambah, dia kehilangan kesempatan emas yang ada didepan mata. Penyesalan itu pasti datang diakhir jika kesempatan itu telah tiada. Tetapi istilah lebih cepat lebih baik itu harus ditempatkan pada tempat yang semestinya. Saya waktu skripsi inginnya cepat selesai sehingga cepat lulus. Berawal dari pelajaran-pelajaran saya yang dulu sehingga saya tidak akan menyesal akibat kehilangan kesempatan. Saya dapat cepat dalam mengerjakan skripsi bahkan rela tidur diatas jam 1 malam. Kadang pembimbing belum nyusuh, sudah saya kerjakan. Pernah juga dimarahi pembimbing karena nguyak-uyak. Memang stale saya orang kemrungsungan dan giduhan. Pada waktu perbaikan, data yang saya sebar keresponden terjadi kesalahan. Padahal sudah saya sebar kesejumlah 200-an responden. Saya disuruh menyebar angket ulang dengan jumlah yang sama. Waktu itu saya stres berat, saya nangis waktu solat. Alhamdulilah Allah memberi saya kemudahan dalam segala hal. Saya dalam waktu 3 hari sudah bisa menampilkan data yang baru. Pada akhirnya saya juga bisa lulus tepat sesuai target. Pelajarannya hidup ini pilihan, tergantung pada kita sendiri yang menjalani.Lebih cepat lebih baik itu sangat baik tetapi harus bisa memahami situasi yang ada.

                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar